Posong adalah obyek wisata alam dengan andalan sun rise, matahari terbit di antara tujuh gunung, yaitu Gunung Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Andong, Merapi, Merbabu, dan Muria. Wisata alam Posong semacam gardu pandang, dari lereng Sindoro. Dari sini kita dapat melihat hamparan luas wilayah Temanggung yang berada di kaki gunung Sindoro-Sumbing. Udara sejuk, hutan, dan panorama lekuk liku Gunung Sindoro yang terlihat begitu jelas melengkapi pesona Posong.
Adalah seorang mantan front office hotel, bernama Zunianto. Posong di lereng Gunung Sindoro Temanggung, memikat hatinya – sejak 2008. Hal itu berawal dari rutinitas pekerjaan lelaki kelahiran 1979 itu di hotel yang kerap mengharuskannya pulang pada dini hari. Suatu kali, dia tercengang melihat pemandangan matahari terbit yang indah dari kawasan Posong. Penasaran, dia pun mencari jalan menuju kawasan itu.
Begitu menemukan jalan dan lokasi terbaik menikmati keindahan matahari terbit, Zunianto pun mengabadikan semuanya dengan kamera. Sebagian hasil jepretannya itu dia pajang di lobi hotel dan menarik perhatian sebagian tamu hotel. Mereka pun minta diantarkan ke Posong. Jadilah Zunianto sebagai pemandu para tamu. Dia membawa mereka melewati jalan yang berbatu-batu dan sempit.
Kendala yang dihadapi dalam membawa rombongan adalah tidak ada toilet di Posong, sempitnya jalan. Oleh karena itu, sebelum sampai di lokasi, rombongan biasanya mampir dulu ke toilet umum terdekat. Kegiatan mengantar rombongan ini terus berlanjut sampai dia berhenti bekerja di hotel.
Karena minat wisatawan ke Posong cukup besar, maka Zunianto mengajak teman-teman dari kelompok pencinta alam Desa Tlahab, untuk bersama-sama mengelolanya. Dari 63 orang bergabung, seiring berjalannya waktu hanya 13 orang yang bertahan. Mereka lalu merancang rencana jadwal perjalanan ke Posong yang dapat dinikmati dalam satu paket desa wisata, termasuk menampilkan potensi desa lain. Alhasil, ketenaran Posong pun terdengar hingga ke jajaran Pemerintah Kabupaten Temanggung.
Kemudian, kelompok Jogoreso diminta membuat proposal permohonan bantuan dana untuk pengembangan Posong. Mereka mengajukan rencana serta permintaan dana melalui Pemerintah Desa Tlahab. Dana itu digunakan untuk membangun sarana pendukung, seperti toilet, area parkir, dan perbaikan akses jalan.
Kelompok Jogoreso pun semakin intens menjaga Posong. Awalnya, selama setahun, tak ada tiket yang harus dibayar pengunjung. Setelah itu, barulah mereka menetapkan tiket parkir Rp 3.000 per kendaraan, pendapatan ini digunakan untuk biaya operasional. Seiring berjalannya waktu Pemerintah Desa Tlahab ingin terlibat dalam pengelolaan Posong. Kemudian Pemerintah Kabupaten Temanggung mengalokasikan dana untuk pembangunan Posong. Meskipun banyak warga yang mencibir, ragu, bahkan curiga Zunianto tetap fokus pada rencana awalnya tanpa memperdulikan cemoohan para warga. Toh, dana tersebut akan digunakan untuk kepentingan dan kemajuan kawasan wisata Posong.
Akhirnya Pemerintah kecamatan dan desa pun memutuskan Posong sebagai BUMDes (Badan Usaha Milik Desa). Zunianto menjadi direktur obyek wisata Posong, membuat ia harus meluangkan lebih banyak waktu untuk melatih anak buahnya yang semula berprofesi sebagai petani, tak bisa berbahasa Inggris, dan umumnya lulusan SMP. Ia mengajari dan memotivasi mereka untuk mempelajari semuanya dari nol. Dia juga berbagi dengan mereka tentang berbagai hal, karena kawasan Posong dan area sekitarnya sering menjadi tempat kegiatan luar ruang (outbound), karyawan pun diajari beragam permainan yang kerap diterapkan pada kegiatan tersebut. Kemahiran melakukan berbagai permainan, diakui Zunianto, dipelajari secara otodidak.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.