Sabtu, 23 September 23

Yani Motik : Indonesia Tumbuh Pesat, Namun Kesenjangan Pendapatan Semakin Meningkat

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Yani Motik mengatakan, ekonomi Indonesia tumbuh pesat, namun kondisi kesenjangan pendapatan semakin meningkat. Pekerja Indonesia saat ini berada di urutan ke-3 di dunia dalam hal kerasnya tingkat bekerja.

Hal tersebut dikatakan Yani dalam diskusi dengan tema kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia pada Jumat, (17/3/2017) di Graha Niaga, Jakarta. Yani melanjutkan, HIPPI akan hadir untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan program-program ekonomi. Oleh karena itu, diakusi ini diadakan untuk menghimpun masukan agar HIPPI mampu mengambil peran dalam pemecahan masalah di Indonesia.

“Kita ambil contoh, rencana redistribusi tanah akan dilakukan pemerintah. Namun, jangan dilupakan masalah pendampingan, juga distribusi hasil komoditasnya untuk peningkatan aksesibilitas pasarnya. Jika itu tidak dilakukan, bukan mustahil nanti tanah itu akan dijual lagi karena tidak disediakan kebijakan pendukungnya,” kata Yani saat membuka diskusi.

Pada kesempatan yang sama, pengamat ekonomi Dr. Aviliani mengatakan, kesenjangan penting untuk dibahas, karena pertumbuhan ekonomi meningkat, tetapi kesenjangan pendapatan, sosial dan ekonomi semakin lebar. Penduduk dengan kategori rentan dan miskin berjumlah sekitar 110 juta, hampir 45% dari total penduduk di Indonesia.

“Pertumbuhan ekonomi di Indonesia hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang. Ini dinamakan pertumbuhan yang tidak sempurna. Kondisi ini memicu ketimpangan yang semakin melebar. Hal ini berbahaya untuk masyarakat yang berada di kategori rentan dan miskin. Kondisi bisa semakin buruk apabila inflasi semakin meningkat dan daya beli masyarakat semakin turun,” terang Aviliani.

Menurutnya, pertumbuhan pasar uang saat ini lebih besar 1000 kali dari pasar barang dan jasa. Tren ini berkembang sejak era 70-an, saat pasar modal menguasai hampir 50% perekonomian dunia.

“Anggaran negara seharusnya bisa digunakan pada sektor usaha riil yang mampu meningkatkan produktivitas dan perluasan lapangan pekerjaan. Namun, kondisi hari ini berkata sebaliknya, para pengusaha besar lebih suka menginvestasikan uangnya  ke pasar modal ketimbang melakukan penguatan ekonomi di sektor riil,” ujar Aviliani.

Perekonomian Indonesia, kata Aviliani, sangat tergantung kepada produksi hasil komoditas, khususnya di daerah luar Jawa. Sektor pertanian dan perkebunan masih menjadi komoditas utama masyarakat. Kestabilan harga komoditas dapat menentukan pertambahan atau pengurangan kemiskinan. Tidak stabilnya harga komoditas, menurut Aviliani, yang membuat kesenjangan pendapatan semakin tinggi.

“Saya kira pada tahun 2014-2015 ketika harga komoditas tidak stabil, jumlah kemiskinan juga semakin bertambah. Khusus untuk petani yang berjumlah 43 juta itu golongan yang paling miskin. Hal ini karena tidak ada perlindungan melalui kebijakan yang diberikan ke petani. Kondisi usaha kecil juga terkena dampak yang serius, banyak unit usaha yang akhirnya tutup karena tidak mampu bertahan,” terang Aviliani

Yani Motik menerangkan, HIPPI memiliki komitmen pada penguatan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk mengurangi kesenjangan sosial. Sejauh ini, HIPPI melakukan pendampingan dan bantuan dana ke petani dan UKM untuk diperkuat.

“Untuk pertanian dan peternakan, banyak sekali produk di Indonesia mulai dari rempah-rempah, buah-buahan yang punya unggulan tapi kurang tersentuh. HIPPI sudah turun ke daerah dan akan melakukan tindakan untuk memperkuat petani dan UKM. Nantinya, setelah pendampingan dan hasilnya bagus kita akan rumuskan proses distribusi untuk memutus mata rantai perdagangan,” tutup Yani

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait