WNI Diduga Menjadi Pelaku Bom Bunuh di Filipina Selatan, Yang Tewaskan 10 Orang

0
62
Foto Ilustrasi

Serangan bom bunuh diri di Filipina Selatan, telah menewaskan sedikitnya 10 orang, dan beberapa orang lainnya terluka, pada hari Selasa (31/7/2018) pukul 05:45 waktu setempat. Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) diduga terlibat dalam ledakan yang terjadi di dekat pos keamanan militer di Lamitan, Basilan Filipina Selatan.

Dari berbagai sumber yang dilansir Buletin Manila mengatakan bahwa ledakan terjadi beberapa saat setelah tentara menghentikan sebuah van dan berbicara kepada pengemudinya. Dalam ledakan tersebut, seorang Tentara,empat anggota milisi dan beberarpa warga sipil termasuk seorang Ibu dan anaknya yang masih balita dinyatakan tewas.

Informasi itu juga mengabarkan bahwa diantara korban yang tewas adalah pengemudi mobil van yang meledak dan diduga berkebangsaan Indonesia.

Sementara itu Kementertian Luar Negeri (Kemenlu) RI hingga saat ini belum menemukan indikasi keterlibatan seorang WNI dalam aksi tersebut. Direktur Perlindungan WNI Kemenlu RI Lalu Muhammad Iqbal Kemenlu RI masih terus berupaya mendapatkan terutama melalui KJRI di Davao.

“Kemlu telah meminta KJRI Davao meminta informasi resmi apakah ada WNI yang menjadi korban atau diduga pelaku dalam bom Basilan. Sejauh ini otoritas setempat belum mengindikasikan adanya WNI sebagai korban maupun pelaku,” ujar Iqbal ketika dikonfirmasi, Selasa (31/7/2018).

Pihak militer Filipina hingga kini juga terus melakukan penyelidikan pasca serangan tersebut. Sejauh ini belum ada pihak yang mengklaim berada dibalik aksi itu. Namun Menurut keterangan juru bicara Angkatan Darat Filipina Edgard Arevalo serangan bom bunuh diri Basilan ini dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf. Grup teror itu diketahui terkait dengan kelompok ISIS.

“Dari pembicaraan antara komandan Wesmincom pelaku serangan adalah anggota kelompok Furuji Indama,” ungkap Arevalo.

Pulau Basilan sendiri adalah basis kelompok Abu Sayyaf yang kerap melakukan penculikan demi mendapatkan tebusan. Basilan juga dikenal sebagai tempat para militan yang berafiliasi dengan ISIS melakukan pelatihan-pelatihannya.

Aksi Bom Bunuh diri tersebut terjadi selang beberapa hari setelah Pemerintah Filipina menawarkan pembicaraan damai dengan Kelompok Abu Sayyaf. Tawaran itu disampaikan hanya beberapa hari setelah dia mengesahkan undang-undang yang mengizinkan kaum minoritas Muslim untuk membentuk wilayah otonomi dengan kekuatan ekonomi dan politiknya sendiri.