DANAU Lido konon sudah populer sebagai lokasi peristirahatan semasa kependudukan Belanda. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, kawasan wisata tersebut dibuat pada zaman Belanda sekitar tahun 1898, tepatnya saat Belanda membangun Jalan Raya Bogor – Sukabumi.
Dilansir dari berbagi sumber, Danau Lido ini merupakan danau buatan dari mata air yang dibendung. Dulunya, lokasi ini merupakan tempat berlibur para petinggi pengawas pembangunan jalan dan pemilik perkebunan. Danau Lido yang berada di sebuah lembah Cijeruk dan Cigombong berbentuk seperti mangkuk yang diapit Gunung Gede dan Pangrango. Di dekat danau ini juga terdapat air terjun Curug Cikaweni yang mengalirkan air yang sangat dingin di bahu Gunung Gede Pangrango.
Pada tahun 1940, kawasan ini dikenalkan kepada publik usai kunjungan Ratu Wilhelmina di Lido pada tahun yang sama. Di tempat tersebut, dulu ada rumah makan Oranje Lido untuk untuk menjamu Sang Ratu. Selain itu, masih di lokasi yang sama juga terdapat bangunan vila sebagai pelengkap fasilitas wisata. Adalah seorang Belanda bernama Antonius Johanes Ludoficus Maria Zwijsen pendirinya. Dia adalah seorang Polisi yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Batavia.
Selanjutnya, pada 1935, Zwijsen menikah dengan seorang putri perwira polisi, Catharina anna beemster. Mereka menikah pada 1937. Perang dunia membuat mereka harus melepaskan Lido. Pasukan Jepang masuk dan merusak Hotel Lido sebelum kemudian direbut oleh pejuang Indonesia. Akhirnya pada 1953 Anna dan anak-anaknya pulang ke Negeri Belanda. Dua tahun kemudian, Zwijsen menyusul.
Cottage Danau Lido dikabarkan juga menjadi lokasi favorit Presiden Soekarno. Proklamator RI ini kerap beristirahat di kawasan ini. Bahkan, buku Sarinah yang ditulisnya konon juga ditulis di kawasan wisata Danau Lido. (eko)