Selasa, 5 Desember 23

Wawancara Imajiner dengan yang mana daripada Soeharto

Usai terpilih menjadi Ketua Umum Partai Golkar pada Munaslub di Bali, Setya Novanto langsung mengusulkan agar mantan presiden Soeharto ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Gayung bersambut, Menpolhukam Luhut Binsar Panjaitan menyatakan pada faktanya, Soeharto sudah memberikan hal besar kepada Indonesia. Ketua DPR Ade Komarudin menimpali, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) saja diusulkan sebagai pahlawan apalagi Pak Harto. Sementara Fadly Zon yakin, Soeharto layak menjadi pahlawan.

Pada malam Jumat Kliwon, 20 Mei 2016 lalu, menjelang 18 tahun Soeharto (dipaksa) mengundurkan diri menjadi kepala pemerintahan RI, saya tak bisa tidur. Padahal saya ingin sekali menulis tentang mantan presiden RI kedua itu. Meski sudah berada di depan laptop, namun tak sebuah kalimat pun muncul di layar komputer jinjing itu. Saya baru sadar rupanya saya tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi saya bertemu mantan orang pertama rezim Orde Baru dan mewawancarinya. Berikut petikan wawancara saya dengan Soeharto.

Selamat malam Pak Harto, bagaimana kabarnya?

Pertanyaan kamu itu lho, mirip kalimat saya yang sangat terkenal: Piye kabare enak jamanku to? Tetapi ndak apa-apa kamu memakai kalimat itu, toh semua orang sudah mengetahui kalimat itu, entah dari stiker, poster atau yang ditulis di belakang bak truk. Maraknya kalimat “Piye Kabare enak jamanku to?” menandakan banyak orang merindukan daripada saya, ya toh? Kalau banyak orang merindukan saya berarti ada yang salah pada bangsa ini sepeninggalan daripada saya he he he..

Bahkan ada yang merindukan GBHN era Pak Harto.

Ya ya ya, ada partai terbesar di Indonesia sekarang ini yakni PDI Perjuangan, ketua umumnya beberapa kali mengusulkan agar Garis-garis Besar Halauan Negara dihidupkan kembali. Ya GBHN ala jaman saya. Saat ini pembangunan tanpa arah yang jelas, semua tergantung visi dan misi daripada presiden. Lha kalau presiden ganti, arah pembangunan juga ganti. Jaman Gus Dur visinya gitu aja kok repot, jaman Mega visinya diam itu emas, jaman SBY visinya selalu prihatin, dan presiden kini visinya NKRI, negara kesatuan republik infrastruktur. Banyak orang semangkin merindukan jaman daripada saya yang penuh stabilitas dalam pembangunan. Merindukan daripada program Keluarga Berencana (KB) dan sedikit sekali terjadi masalah daripada SARA (Suku, Agama, Ras, Antar-golongan). Bahkan saat menjelang pilkada atau pemilu pasca-reformasi, banyak calon anggota DPR/DPRD, calon bupati/walikota, yang datang minta berkah ke makam saya di Mangadeg Karanganyar Jawa Tengah. Sungguh banyak orang merindukan daripada saya….

Popularitas Pak Harto masih tinggi meskipun 18 tahun lalu dilengserkan rakyat?

Ketahuilah, tanpa perlu survei-surveian popularitas saya tetap tinggi. Saya tegaskan, saya akan tetap ada dan berlipat ganda. Meskipun saya menyatakan kapok menjadi presiden pada 21 Mei 1998, tetapi cita-cita saya banyak yang melanjutkan. Soeharto boleh lengser tapi Soehartoisme tetap eksis. Orde Baru dulu ditopang ABG, ABRI, Birokrasi dan Golkar. Ya,hanya birokrasi yang berubah, lainnya masih seperti yang dulu. TNI meski sudah dipisah dengan Polri, kurikulumpendidikan untuk para prajuritnya tetap sama. Golkar meski mengaku Golkar Paradigma Baru, tetapi tetap saja saya yang dijadikan role model dan ikonnya. Bahkan pada kementerian pemerintahan Jokowi ada beberapa orang penerus saya. Mereka yang mengusulkan saya mendapat gelar pahlawan nasional dan selalu mengusung isu PKI adalah pengikut sejati saya. Lihat saja Jusuf Kalla, Luhut Binsar Panjaitan, Ryamizard Ryacudu mereka semua di pemerintahan. Sementara setidaknya ada tiga partai politik Soehartois yakni Golkar, Gerindra, dan PKS. Sekali lagi, saya tetap ada dan beripat ganda.

Apakah masyarakat Indonesia harus mikul dhuwur mendhen jero?

Semestinya begitu, karena itu merupakan budaya daripada bangsa kita. Janganlah selalu melihat orang dari sisi buruknya, lihatlah juga sisi baiknya. Belanda yang menjajah kita selama tiga setengah abad saja toh meninggalkan sistem perkeretaapian yang baik. Orang yang selalu mengedepankan hukum dan hak asasi manusia adalah orang yang sudah lupa budaya bangsa sendiri. Kalau saya masih menjadi presiden “tak gebug!” mereka he he he.

Ada yang mengatakan bangsa yang memberi gelar pahlawan kepada orang yang paling bertanggungjawab terhadap serangkaian kejahatan kemanusian dan koruptor terbesar sepanjang sejarah adalah bangsa yang idiot. Apa pendapat Pak Harto?

He he he ini merupakan pendapat yang belum terbukti kebenarannya. Coba tunjukkan kepada saya, pengadilan mana yang menyatakan saya bersalah dan bertanggjawab terhadap serangkaian kejahatan kemanuisiaan? Tunjukkan kepada saya, pengadilan mana yang menyatakan saya bersalah memakai uang daripada negara? Bagi saya gelar pahlawan itu tak penting amat, ora patheken, toh saya adalah Bapak Pembangunan dan Jenderal Besar di republik ini. Pahlawanitu tak perlu pengakuan negara. Kalau bangsa ini masih merindukan saya, itu artinya apa yang saya lakukan selama 30 tahun lebih memimpin negeri ini merupakan sesuatu yang benar.

Kata pegiat HAM Hendardi, pemberian gelar pahlawan untuk Pak Harto itu melawan akal sehat publik dan etik.

Silahkan berdebat soal gelar pahlawan kepada saya. Saya hanya menyaksikan dari akherat he he he. Saya yakin presiden saat ini, dari partai yang dipimpin putri daripada Soekarno, tak akan memberikan gelar itu. Jokowi yang didukung para relawan dan pegiat LSM tentu akan berpikir dua kali memberi gelar pahlawan kepada saya. Meskipun yang meminta petinggi tentara dan partai Golkar, Jokowi tak akan berani mengkhianati para aktivis dan mahasiswa yang melengserkan saya pada 1998 lalu. Jokowi tahu apa itu enam agenda reformasi yang salah satunya adalah mengadili saya. Saya yakin presiden saat ini tak akan mau memberi gelar pahlawan kepada saya. Kecuali Jokowi sudah tak punya nyali he he he.

Kalau menurut Pak Harto sendiri gelar pahlawan itu tepat tidak?

Ini pertanyaan paling lancang dan terus terang sejak saya berkuasa pada 1967. Tetapi karena saya sekarang di akherat ya harus jujur. Kalau boleh saya mau jujur, saya ini memang pahlawan, tetapi pahlawan bagi Keluarga Cendana, kerabat dan pengusaha atau konglomerat yang dibesarkan di jaman saya. Saya juga pahlawan bagi sejumlah jenderal dan tentara lainnya yang naik pangkat berkat penugasan di daerah operasi militer. Saya juga pahlawan bagi para birokrat dan kader Golkar. Saya adalah pahlawan bagi mereka yang diuntungkan selama saya berkuasa.

Ada yang mengatakan Soekarno dan Soeharto itu sama-sama penggali Pancasila, bedanya hanya kata dasarnya. Bung Karno kata dasarnya gali, Pak Harto kata dasarnya penggal!

He he he ini merupakan pernyataan yang kreatif namun belum tentu benar. Lha selama saya memimpin bangsa ini semua justru menjadi serba Pancasila. Ada Demokrasi Pancasila, ada Sistem Ekonomi Pancasila, adaYayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, ada Pemuda Pancasia, dan tentu saja ada P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Dengan demikian saya lebih tepat disebut pengamal daripada Pancasila bukan penggali daripada Pancasila, ya toh?

Pak Harto kini tak ada lagi pasal penghinaan kepada presiden dalam KUHP kita?

Bagus itu. Kritik terhadap presiden kok dipidana, ya ndakbisa. Saya mendukung pasal 134 Kitab Undang-undang Hukum Pidana diyudisial review. Saya tahu, orang-orang yang dulu menghina saya, juga senang pasal ini tak ada lagi. Ada yang menuduh saya melalui pers alternatif, katanya negeri ini telah dikacaukan oleh seorang bernama Soeharto. Ada aktivis yang suka menghina saya dengan berbagai kegiatan termasuk pada ulang tahun saya. Aktivis ini dan kawan-kawannya, membuat acara peringatan ulang tahun saya dengan mengundang beberapa orang bernama Soeharto di sebuah kampus di Jakarta. Ada juga aktivis yang mengajak di pengadilan perlunya latihan menghina presiden, bagi yang belum berani, dengan cara menonton pertandingan sepakbola. Saat pemain sepakbola bernama Soeharto bermain, orang bisa memaki dan menghina Soeharto sepuas hati tanpa khawatir dipidana. Belajar menghina saya di stadion, hanya dengan membeli satu tiket seseorang bisa menghina saya sekaligus menonton sepakbola bahkan kadang-kadang ada bonus karate dan tinju!

Apa beda korupsi jaman Pak Harto dengan jaman sekarang?

Jaman saya dulu belum ada Komsi Pemberantasan Korupsidan pers bebas, jadi sebenarnya korupsi tetap ada tetapi ndakdiberitakan seperti sekarang. Jaman saya dulu, korupsi umumnya tersentralisasi di Jakarta, di departeman, di Pertamina, di Bulog dan di lembaga-lembaga yang basah. Kini meski sudah ada KPK korupsi tak pernah berhenti. Korupsi kini mengalami desentralisasi, tak hanya di Jakarta tetapi juga di provinsi dan kabupaten. Bisa jadi korupsi mengikuti semangat otonomi daerah. Korupsi saat ini tak hanya menggerogoti lembaga yang basah, bahkan di kementerian agama dan kementerian pendidikan, korupsi bisa terjadi. Ada yang mengatakan, korupsi jaman saya dilakukan di bawah meja. Sementara, korupsi jaman sekarang, bahkan mejanya pun dikorupsi. Tetapi anehnya saya selalu yang dianggap sebagai koruptor terbesar sepanjang sejarah republik ini. Padahah kasus Yayasan Supersemar nilai rupiahnya tak seberapa dibanding kasus BLBI…..

Siapa penerus Pak Harto?

Ada dua jenis anak saya. Anak biologis dan anak ideologis. Anak biologis saya hanya dua orang yang aktif di politik. Titiek Soeharto kini menjadi anggota DPR RI (dapil DI Yogyakarta) dari Partai Golkar dan anak kesayangan saya Tommy Soeharto yang suatu saat nanti akan memimpin Golkar. Anak ideologis saya banyak. Mereka ada di TNI, baik yang sudah pernawirawan maupun masih aktif. Ada juga yang di Partai Golkar, PKS, dan Gerindra. Ciri-ciri penerus saya itu mudah diketahui. Kalau mereka anti PKI, tak suka HAM, kurang suka seni dan kebebasan pers. dan permisif terhadap korupsi kolusi dan nepotisme, bisa diduga mereka adalah pengikut daripada saya. Mereka adalah anak-anak ideologis saya. Mereka adalah penerus daripada saya.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait
  1. Tulisan ini membuat saya merenungi di dalam tanah nanti dalam keadaan gelap gulita, tanah memasuki lubang telinga, mulut, mata.. apakah kita mampu mendengar, berbicara dan melihat kebisingan2 politik di dunia??

    Masih mau tamak terhadap dunia??

    Mau sombong ??

    #Pertanyaan tanpa perlu jawaban.