Yogyakarta – Sistem sekolah lima hari yang jadi wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendy menuai pro dan kontra. Termasuk pihak yang mendukung, Haryadi Suyuti selaku Walikota Yogyakarta menyarankan agar jajaran Mendikbud mengkaji kemungkinan terburuk terlebih dahulu.
Ditemui seusai acara penerimaan sejumlah ternak korban dari salah satu bank umum regional DIY (9/9), Haryadi berpendapat bahwa kajian mendalam tersebut dirasa penting demi menyiapkan lembaga pendidikan maupun pihak yang ikut mengawasi tumbuh kembang siswa, contohnya orang tua.
Ia menambahkan, untuk sementara konsekuensi dari wacana tersebut tidak lain adalah penyesuaian waktu, dimana kegiatan belajar mengajar yang padat berlangsung dari hari Senin sampai Jumat, dan hari Sabtu Minggu libur. Dimungkinkan, orang tua adalah pihak terdekat dalam menyesuaikan waktunya dengan waktu libur siswa, anaknya.
Ia menjelaskan bahwa jikalau banyak pihak, khususnya orang tua, tidak memanfaatkan waktu longgar tersebut, maka hari Sabtu dan Minggu akan terbuang dengan percuma. Ditakutkannya lagi, anak-anak semakin gemar bermain game online.
“Disatu sisi, dua hari ini harus produktif. Saya sih sepakat saja, tetapi apakah banyak orang tua yang memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu itu”, ujar Haryadi di Pelataran Masjid Pangeran Diponegoro Komplek Balai Kota Yogyakarta.
Secara garis besar, Haryadi mengatakan, bahwa Ia pun mendukung dengan konsep pendidikan dengan situasi yang kondusif, baik antara siswa dengan institusi pendidikan, maupun diantara siswa dengan siswa yang lainnya.
“Saya sependapat dengan konsep pendidikan yang lebih baik, lebih fun (baca- menyenangkan). Lebih fun itu bukan bersenang-senang ya, tapi suasana lingkungan pendidikan yang lebih baik lebih akrab”, pungkasnya.