Kamis, 30 November 23

Walau Paling Muda, Provinsi Kaltara Dalam Pencegahan Korupsi, Menempati Urutan ke 3

Pemerintah Provinsi Kaltara dalam pencegahan korupsi, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ditempatkan pada urutan ke-3 Nasional. Penilaian ini dilakukan terhadap jajaran pemerintah daerah, dalam hal tindak lanjut dari Rencana Aksi (Renaksi), Koordinasi, Supervisi dan Pencegahan (Korsupgah) Korupsi, per awal Agustus 2019.

“Dengan persentase capaian 82 persen, Pemprov Kaltara masuk dalam zona hijau tua atau kategori tertinggi (75-100 persen),” ujar Gubernur Kaltara Irianto Lambrie melalui keterangan tertulisnya, Senin (5/8/2019).

Dari 7 area intervensi untuk lingkup Pemprov Kaltara (minus tata kelola dana desa yang masuk area Pemerintah Kabupaten), seperti dikutip dari laman resmi Korsupgah KPK, lima di antaranya menunjukkan capaian di atas 80 persen. Satu mencapai 74 persen (untuk pengadaan barang dan jasa). Dan hanya satu yang masih kategori kuning yakni kapabilitas APIP yang capaiannya baru 45 persen.

Area intervensi yang sudah di atas 80 persen, lanjut Irianto, antara lain perencanaan dan penganggaran APBD yang mencapai 94 persen. Kemudian, pelayanan terpadu satu pintu (93 persen), Manajemen ASN (87 persen), manajemen aset daerah (83 persen) dan yang paling tinggi adalah optimalisasi pendapatan daerah yang mencapai 100 persen.

Atas capaian tersebut, selaku Gubernur Kaltara Irianto Lambrie pun mengapresiasi kinerja jajaran pemerintah provinsi Kaltara. Gambaran ini. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa Pemprov Kaltara tak pernah berhenti untuk terus melakukan yang terbaik atas usaha pencegahan korupsi di Kaltara.

“Terlebih dari itu, adanya kebijakan koordinasi dan supervisi dari tim Korsupgah KPK juga dimanfaatkan secara optimal untuk mengevaluasi sekaligus memperbaiki berbagai hal dari 8 area intervensi yang dinilai masih belum mumpuni,” tuturnya.

Lebih lanjut, orang nomor 1 di Provinsi termuda se-Indonesia tersebut menjelaskan bahwa dari laporan Inspektorat Provinsi Kaltara, persentase progres Renaksi Korsupgas tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya.

“Ini juga sebagai prestasi, sekaligus tantangan bagi kita semua. Untuk bagaimana menjalankan tugas sebagai aparat pemerintah yang baik, bersih dan selalu mematuhi aturan perundang-undangan. Saya minta ini terus dipertahankan, dan semakin ditingkatkan,” tandasnya.

Sama halnya pada 7 area intervensi, berdasar data di laman korsupgah KPK, untuk progress pelayanan terpadu satu pintu di lingkup Pemprov Kaltara juga menujukkan capaian yang sangat baik. Dari 10 indikator progres renaksi, 9 indikator di antaranya capaiannya di atas 90 persen.

Dengan rincian capaian, pendelegasian kewenangan (100% ke DPMPTSP)—90 persen, transparansi informasi (100 persen), pelaksanaan rekomendasi teknis (100 persen), tracking sistem (98 persen), penanganan pengaduan (100 persen), lokasi dan tempat layanan (100 persen), ketersedian aturan (100 persen), pemenuhan kewajiban pemohon perizinan (100 persen), sistem perizinan online (100 persen), serta pengendalian dan pengawasan (100 persen). Hanya satu yang belum mendapat capaian atau masih 0 persen, yaitu penerapan e-Signature yang memang belum di Kaltara.

Dengan kondisi capaian 82 persen ini, KPK menempatkan Pemprov Kaltara di peringkat ketiga secara nasional. Peringkat pertama untuk capaian pemerintah daerah, Pemkab Boyolali (93 persen) dan kedua Pemkor Pontianak (84 persen).
Irianto mengatakan, sebagaimana amanat UU Nomor 30 tahun 2002, tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dalam melaksanakan kewenangannya, KPK melakukan kegiatan koordinasi dan supervisi pencegahan (Korsupgah) untuk mengawasi pemerintah daerah.

Dimulai sejak tahun lalu, Pemprov Kaltara, bersama Tim Koordinasi dan Supervisi Pencegahan (Korsupgah) KPK, selama ini telah aktif melakukan upaya perbaikan dan pencegahan korupsi di Provinsi Kaltara yang dipantau dan dievaluasi secara berkala dan terintegrasi secara nasional, melalui MCP (Monitoring Center for Prevention) Korsupgah pada website korsupgah.kpk.go.id.

“MCP merupakan aplikasi yang digunakan oleh KPK sebagai ujung tombak program pemberantasan korupsi terintegrasi, yakni sebagai wadah pelaporan Korsupgah dengan tujuh sektor yaitu Penganggaran APBD, Pengadaan Barang dan Jasa, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Kapabilitas APIP, Manajemen ASN, Optimalisasi Pendapatan Daerah, serta Manajemen Aset Daerah,” terangnya.

Dapat dilihat, lanjut Irianto, per 31 Juli 2019 perkembangan pelaksanaan rencana aksi Pemprov Kaltara adalah 82 persen berada pada zona hijau (75-100 persen). Capaian ini menempatkan Provinsi Kaltara pada urutan ke 3 tertinggi dari 542 pemerintah daerah se Indonesia.

“Capaian ini adalah berkat komitmen kita bersama. Sekalugus menunjukkan integritas pemimpin yang harus kuat. Sehingga makin menutup celah korupsi,” urainya.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait