“Sebenarnya, kalau kita mau fokus, kita memiliki keunggulan dibanding negara lain termasuk Cina. CPO, mineral tambang, seharusnya digenjot untuk mengisi pasar Cina yang besar. Demikian pula dengan industri kreatif kita, baik kerajinan, seni, sampai IT, akan menjadi competitive advantage kita”
Demikian pernyataan Wahyu Trenggono dalam perbincangan akhir tahun dengan IndeksBerita.com.
“Harus ada sinkronasi antara industri kreatif dengan regulasi sehingga terbentuk satu ekosistem yang komperhensif, yang membuat saluran dan pertumbuhan industri kreatif semakin berkembang, bukan malah ditindas dengan produk impor”. Lanjut pria yang akrab disapa dengan Mas Treng ini.
“Itu lah sebabnya mengapa saya menolak adanya usulan kerjasama dengan google, itu sama artinya kita menyerahkan digital ekonomi atau broadband ekonomi kita ke google”. Demikian pernperbicangan hangat kami dengan Wahyu Sakti Trenggono, pengusaha nasional sukses dibidang telekomunikasi, perkebunan dan pertambangan.
Bincang-bicang itu menyangkut proyeksi perekonomian di tahun 2016. Proyeksi ini beranjak dari tingkat kompetisi yang kita miliki, yang tergambar dalam neraca perdagangan (ekpor-impor) kita.

Dari data diatas, menunjukan bahwa ada ketimpangan neraca perdagangan antara Indonesia dengan Cina. Neraca perdagangan kita dengan cina negatif (impor lebih besar dari ekspor) menunjukan kita belum bisa memanfaatkan potensi pasar Cina yang begitu besar. Ini perlu kerjakeras semua komponen bangsa: pemerintah, pengusaha bahkan seluruh lapisan masyarakat. Apalagi kedepannya kita akan menghadapi pasar bersama Cina-ASEAN
Baca: Membangun Ekosistem Broadband dan Menarik Investasi Melalui Penerbitan Obligasi