Gerakan Santri Nusantara mendesak ketiga pasangan calon di pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 segera mendeklarasikan kampanye damai, anti Rasis dan anti Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA).
“Gerakan Santri Nusantara mendesak kepada pendukung masing-masing calon agar tidak melakukan kampanye yang merusak kebhinnekaan Indonesia,” kata Ketua Umum PB Gerakan Santri Nusantara, M. Utomo, saat Deklarasi Gerakan Anti Rasis Untuk Indonesia Damai di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (28/10).
Utomo menambahkan bahwa persaingan dalam politik adalah hal lumrah. Namun Ia menyayangkan jika persaingan menjadi tidak sehat seperti yang Ia lihat belakangan ini.
“Sudah menjadi hal lumrah setiap kali menjelang Pilkada, akan timbul persaingan di antara sesama bakal calon. Itu sah-sah saja, tidak ada yang salah. Sayangnya, yang muncul di media-media lebih banyak persaingan tidak sehat diantara sesama bakal calon,” ungkapnya.
Persaingan tidak sehat itu, antara lain dalam bentuk saling menjelekkan bahkan menjatuhkan satu sama lain, memprovokasi masyarakat bahkan menciptakan propaganda berbau rasis dan SARA yang berujung kepada saling benci dan saling fitnah.
“Karenanya, kami dari Gerakan Santri Nusantara sebagai wadah organisasi santri yang independen dan tidak dalam rangka mendukung calon siapapun, merasa sedih dan miris melihat situasi ini,” ucap Utomo.
Gerakan Santri Nusantara juga mengajak kepada seluruh umat Islam di Nusantara agar tidak mudah tersinggung dan reaktif dalam menyikapi isu rasis dan SARA yang selalu dihembuskan setiap menjelang Pilkada.
“Islam Nusantara jangan mudah diperalat agar mudah membenci seseorang atas-nama agama. Islam melarang sikap saling benci terhadap sesama manusia sekalipun berbeda keyakinan,” ujarnya.
Kepada seluruh umat Muslim, Gerakan Santri Nusantara juga meminta agar jangan mudah tertipu dengan bahasa politik yang dibungkus dengan bahasa agama untuk adu domba antar sesama.
Pilkada, menurut Utomo, harus menjadi pesta rakyat yang penuh kegembiraan bukan diliputi ketakutan, kebencian, dan menghujat satu sama lain.
“Kita tidak peduli siapa yang akan memenangi kontestasi, yang kita inginkan adalah Pilkada damai, demokratis, dan tidak mengumbar nuansa SARA yang merendahkan martabat bangsa,” pungkas Utomo.