Menanggapi pertanyaan beberapa pihak terkait Pertamina memasok BBM ke Krayan dari Malaysia, Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina, Ghandi Sriwidodo menjelaskan bahwa akses jalan yang menjadi salah satu faktor dari persoalan tersebut.
“Jadi Begini, untuk menuju Krayan, akses daratnya itu susah. Kalau di datangkan dari Balikapapn harus pakai pesawat. Makanya Pertamina untuk SPBU Kompak yang di Krayan, untuk bahan bakar Solar dan Premiumnya harus impor dari Malaysia,” tutur Gandhi di Gedung DPR RI , Senayan, Jakarta, Senin (4/3/2019).
Untuk diketahui, SPBU Kompak di Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara mendatangkan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Malaysia. Krayan sendiri merupakan salah satu wilayah dalam Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia selain Lumbis Ogong dan Sebatik.
Apa yang diungkapkan Gandi bukan alasan belaka. Mengingat sejak Indonesia Merdeka hingga kini, untuk mencapai wilayah yang terdiri dari 5 Kecamatan tersebut harus menggunakan Pesawat. Satu-satunya jalan darat yanng dapat diakses adalah melalui Malaysia.
Namun Gandhi mengungkapkan kendati dengan cara impor, jumlah impor BBM yang didatangkan dari Malaysia itu sesuai dengan kebutuhan. Yakni sebanyak 500 ribu kilo liter dan dijual dengan harga non subsidi.
“Jualnya jadinya non subsidi. Dan susah juga kalau mau blending sama Fame. Mau blending dimana? TBBM nya kan di Balikpapan,” paparnya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan realisasi penyaluran B20 untuk Januari-Februari mencapai 99%. Total penyaluran Fame ke Tempat Blending Bahan Bakar Minyak (TBBM) para perusahaan BBM sebesar 700 ribu kiloliter.
Namun Darmin mengungkapkan bahwa masih ada satu daerah yang sulit untuk mendapatkan akses Fame, yakni Krayan, Kalimantan Utara merupakan salah satu daerah yang tidak bisa tersalurkan Fame.
“Itu karena lokasinya jauh dan posisinya kalau mau ke sana harus pakai pesawat. Jadi bayar lagi, harganya naik lagi,” ujar Darmin.
Darmin juga mengungkapkan karena alasan keterbatasan akses, Pemerintah memberikan dispensasi bagi pasokan untuk daerah tersebut. Darmin menjelaskan Pertamina di daerah tersebut diperbolehkan untuk menjual solar tanpa blending dengan Fame. Hanya saja, Pertamina harus menjual solar tersebut dengan harga Pertadex.
“Tadi makanya kami kasih dispensasi, boleh. Tapi jangan pake solar biodisel ya, pakailah yang pertadex,” tandasnya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.