LSI yang dipimpin Denny JA kembali merilis hasil survey Pilkada DKI yang terbaru. Adapun periode survey LSI tersebut adalah tanggal 5-11 Januari 2017. Survey dilakukan terhadap 880 yang dipilih melalui metode multistage random sampling, dengan margin error (+/-) 3.4 %.
Hasil survey LSI dalam hal ranking elektabilitas tidak tidak berubah, yang berubah besaran elektabilitas di setiap pasangan calon. Adapun ranking dan perolehan elektabilitas dari hasil survey ini adalah sbb:
Urutan pertama, Pasangan Agus-Silvy dengan elaktabilitas 36.7%. Urutan 2, Pasangan Ahok-Djarot elektabilitasnya 32.6%. Dan ke 3, Pasangan Anies Sandy dengan elektabilitas 21.4%.
Sedangkan hasil survey LSI periode sebelumnya, Desember 2016, perolehan elektabilitas Agus-Silvy 33.6%, Ahok-Djarot 27.1% dan Anies-Sandy 23.6%. Sedangkan yang belum memutuskan sebesar 15.7%.
Jika kita bandingkan hasil survey LSI Denny JA di 2 periode terakhir, maka perubahan terbesar terjadi pada mereka yang belum memutuskan pilihan. Jumlah mereka yang belum memutuskan pilihan berkurang 6.4%, dari 15.7% menjadi 9.3%. Perubahan lainnya adalah peningkatan suara Ahok-Djarot sebesar 5.5%, Peningkatan suara Agus-Silvy 3.1%, dan penurunan suara Anies-Sandy sebesar 2.2%. Menurunnya elektabilitas Anies-Sandy dan meningkatnya elektabilitas 2 pasangan calon lainnya, membuat perbedaan elektabilitas antara Anies-Sandy dengan 2 kandidat lain, semakin jauh. Perbedaan elektabilitas Anies-Sandy dibanding Ahok sebelumnya hanya 3.5% kemudian menjadi 11.2%. Dibanding Agus dari 10% menjadi 15.3%. Hal ini yang menjadi sorotan Denny JA dalam analisisnya.
“Seandainya seluruh suara yang belum menentukan pilihan diambil Anies, ia masih tak bisa mengejar ketertinggalannya dari Ahok, apalagi Agus,” ujar Denny JA dalam releasenya yang diterima oleh indeksberita.com siang tadi (17/1/2017).
Menurut Denny, ada 3 penyebab turunnya suara Anies. Pertama blunder elektoral karena manuver Anies sebulan terakhir, yang tidak memperhitungkan pemilih captivenya.
“Lebih banyak penggemarnya yang pergi ketimbang penggemar yang datang padanya. Anies berkunjung ke benteng FPI (Habib Rizieq), figur yang populer di kalangan bawah, namun tak disukai di kalangan kelas menengah kota dan muslim moderat,” urai Denny.
Masih menurut Denny, bukan semata kunjungan itu yang bermasalah. Tapi ditambah pidato Anies sendiri. Ia  menceritakan berhasil memadamkan “api” di Paramadina ketika menjadi rektor. Ia mengungkapkan dengan penuh kebanggaan dan itu dianggap sebuah pencapaian. Tak ada masalah dengan persepsi Anies itu. Tapi jelaslah bagi kaum menengah kota, Muslim moderat, dengan pernyataan itu,  mereka merasakan Anies  ternyata bukan bagian mereka. Apa yang mereka anggap sebagai sikap keagamaan  yang moderat ternyata oleh Anies dianggap sebagai api dan dengan bangga ia padamkan.
Masalah ke dua Anies, memurut Denny adalah masalah program marketing. Tidak ada program unggulan yang dikampanyekan secara masif, kalah dengan 2 pasangan lainnya. Dan masalah ke tiga, pasangan ini kalah daya tarik. Di segmen menengah atas, kalah daya tarik dibanding Ahok. Sementara di segmen menengah bawah, kalah daya tarik dibanding Agus-Silvy.
Rahadi peneliti CESDA/LP3ES, melihat hasil survey LSI ini dalam perspektif yang berbeda. Menurutnya, dari dua survei terakhir yang dirilis LSI Denny JA, dapat disimpulkan bahwa pasangan Ahok-Djarot mengalami kenaikan elektabilitas yang lebih signifikan dibanding pasangan Agus-Sylvie.
“Ini tracking survey, kita harus lihat trend dan perkembangannya. Perkembangan elektabilitas, Ahok lebih baik dibanding Agus-Silvy,” ujar Rahadi.
Rahadi melihat trend Ahok yang terus meningkat, bahkan perbedaannya sudah mendekati margin error dengan pasangan Agus -Silvy. Menurutnya, dengan trend tersebut, pasangan calon Ahok-Djarok lebih berpeluang menang.
“Jika diandaikan situasi eksternal dan internal masing-masing pasangan relatif konstan, maka pasangan Ahok-Djarot paling berpeluang memenangi Pilgub DKI. Atau setidaknya lolos pada putaran pertama,” pungkas Rahadi.