Pak Rizieq yang dihormati pengikutnya…..
Semoga bapak dalam keadaan sehat hari ini, meskipun saya tahu dalam minggu-minggu ini Pak Rizieq sibuk keluar masuk Polda Jabar dan Polda Metro Jaya memenuhi panggilan polisi terkait laporan dari masyarakat. Sungguh berat rasanya diperiksa polisi berjam-jam nyaris setiap hari. Sehingga, waktu Pak Rizieq untuk berpikir dan bekerja demi kebaikan umat Islam di Indonesia jadi berkurang. Ditambah lagi dua hari terakhir ada berita heboh di media sosial.
Saya tak kenal secara pribadi dengan Pak Rizieq. Meski demikian saya pernah direpotkan oleh ulah anak buah Pak Riziek pada 1 Juni 2008. Saat itu kami ratusan massa dari Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKBB) sedang memperingati Hari Lahir Pancasila dengan semagat keberagaman. Tiba-tiba kami diserang massa FPI. Peristiwa Monas itu pada akhirnya menyeret Pak Rizieq ke penjara.
Sebagai salah seorang panitia kegiatan itu, saya diperiksa berjam-jam di Polda Metro Jaya sebagai saksi. Sungguh sangat melelahkan dan membosankan diperiksa polisi. Karena itu banyak orang cukup memaklumi anak buah Pak Rizieq, Habib Novel, saat diperiksa polisi sempat kepleset menyebut restoran terkenal dengan Fitsa Hats.
Pak Rizieq yang dikagumi pengikutnya….
Pekenankan saya mengusulkan beberapa hal kepada Pak Rizieq. Pertama, segeralah mendirikan partai politik. Mengapa Pak Rizieq ragu mendirikan partai politik? Bukankah cikal bakal FPI telah ada sejak 1998 dan hingga kini mempunyai cabang di beberapa kota di seluruh Indonesia? Dengan mendirikan partai politik maka Pak Riziek mempunyai kendaraan politik dan bisa dimanfaatkan untuk aneka tujuan.
Saya yakin, popularitas Pak Riziek lebih dari cukup menjadi salah satu magnet dari pendirian sebuah partai di Indonesia. Bukankah Susilo Bambang Yudhoyono dan Rhoma Irama mendirikan partai karena popularitasnya? SBY berani keluar dari zona nyaman sebagai Menko Polkam, dan berhasil membidani Partai Demokrat bahkan membawanya menjadi presiden RI dua periode. Sejak dulu, mungkin hingga kini Partai Demokrat tak lebih dari Sby Fans Club. Rhoma Irama juga berani mengubah fansnya sebagai Raja Dangdut menjadi pendukung atau anggota Partai Idaman. Jika Pak Rizieq tak berani mendirikan partai, mungkin Rhoma Irama akan berkomentar: terlalu.
Dengan mengubah ormas FPI menjadi Partai FPI, maka jika semua persyaratan terpenuhi, partai Pak Riziek bisa mengikuti pemilu dan dengan sendirinya Pak Riziek bisa dicalonkan atau mencalonkan diri menjadi presiden RI.
Pak Rizieq yang dimulyakan pengikutnya…
Jika usulan saya di atas terlalu berlebihan dan rumit karena Pak Rizieq terbiasa berpikir praktis, mengapa tidak mencoba mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2024 nanti dari jalur independen. Jakarta itu miniatur Indonesia Pak Rizieq, semua partai mengincar kadernya duduk sebagai DKI 1. Daripada mendukung calon dari partai politik lain, mendingan mencalonkan diri sendiri.
Saya yakin bagi Pak Rizieq mengumpulkan dukungan berupa KTP DKI Jakarta sebanyak 1 juta adalah perkara mudah. Bukankah Pak Rizieq bisa mengumpulkan massa sampai jutaan orang di Monas pada 2 Desember 2016? Jika Ahok “si penista agama” saja berani dan bisa mengumpulkan KTP sejuta untuk tiket sebagai calon gubernur independen, kenapa Pak Rizieq tak bisa dan berani?
Dengan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, maka separuh langkah menjadi presiden RI telah dilampaui. Tentu Pak Rizieq ingat perjalanan Presiden Jokowi yang sering Pak Rizieq sebut sebagai presiden goblok itu. Ia dari Walikota Solo melompat ke Gubernur DKI Jakarta dan berakhir di Istana Negara menjadi RI 1. Mosok Pak Rizieq yang mempunyai massa banyak tak bisa mengikuti jejak Jokowi menurut Pak Rizieq goblok.
Pak Rizieq yang ganteng menurut istrinya…
Bercita-cita menjadi presiden RI sesuai konstitusi bukanlah tindak pidana melainkan hak setiap warga negara. Kini bandul sejarah menunjukkan populisme menguat di beberapa negara. Bahkan kini negara adidaya Amerika Serikat dipimpin oleh orang yang mengusung semangat populisme.
Kata orang, setiap zaman itu ada orangnya dan setiap orang ada zamannya. Dalam kasus Donald Trump lebih tepat adalah, “setiap zaman ada orang gilanya dan setiap orang gila ada zamannya.” Pak Rizieq bisa belajar dari kasus Trump. Bahwa untuk menjadi presiden di sebuah negara demokrasi, tak perlu harus pandai dan berpengalaman di pemerintahan. Bahkan orang gila seperti Trump bisa terpilih di negera kampiun demokrasi. Apakah Pak Rizieq tidak berpikir bisa dan mampu menjadi RI 1 seperti yang dilakukan oleh Trump di Amerika?
Pak Rizieq yang disayang polisi, karena sering dipanggil ke kantor polisi….
Apa yang saya usulkan di atas, yaitu mendirikan partai berbasis FPI dan merebut kursi DKI 1 melalui calon independen, bisa segera dilakukan jika Pak Rizieq tak bolak-balik ke kantor polisi. Karena membidani dan mengurus sebuah partai politik harus fokus dan serius. Jangan sampai seperti KH. Zainuddin MZ yang dijuluki kyai sejuta umat, ternyata dalam pemilu pemilih partainya Partai Bintang Reformasi (PBR) tak sampai satu juta.
Satu lagi Pak Rizieq, di luar dua usulan di atas. Seseorang yang sedang naik daun bisa jatuh karena urusan asmara. Masih ingat Aa Gym? Nama kondang uztads yang diidolakan ibu-ibu itu tiba-tiba runtuh karena menikah lagi. Ibu-ibu tak mau lagi mendatangi ustads asal Bandung itu. Bahkan untuk mengembalikan nama baiknya, Aa Gym menumpang popularitas Pak Rizieq saat demo 212.
Hati-hati menggunakan media sosial. Waspada juga terhadap serangan hoax. Hoax itu fitnah. Dan, fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Hoax itu juga sangat menyakitkan, melebihi pukulan telak hook Mike Tyson sekalipun. Tetapi, jika serangan oleh pihak yang tak suka Pak Rizieq sudah benar-benar terjadi, segeralah konfirmasi ke publik. Jujurlah kepada publik, jika keliru cepat-cepat minta maaf. Toh publik Indonesia itu pemaaf.
Demikian surat saya. Terima kasih.
Salam,
Tri Agus Siswowiharjo