Rabu, 22 Maret 23

Spirit Milenial Kabinet Jokowi

Kabinet Presiden Jokowi periode kedua dikabarkan sudah selesai disusun, dan bisa jadi akan segera diumumkan, tanpa harus menunggu pelantikan Jokowi sebagai Presiden pada pertengahan Oktober nanti. Salah satu kejutan dari susunan kabinet kali ini adalah, ketika Jokowi mengorbitkan seorang figur milenial (usia di bawah 30 tahun) untuk mengisi posisi menteri.

Jokowi seolah “melawan arus” dari kecenderungan para elite partai politik, yang enggan memberikan kepercayaan pada generasi baru dalam estafet kepemimpinan. Sehingga secara sepintas kita bisa merasakan, elite partai politik di Tanah Air terkesan konservatif, dan sulit menerima ide-ide segar. Sikap yang sebenarnya sangat mengkhawatirkan, bahwa siapa yang tidak sanggup menyesuaikan diri dengan arus zaman, dia akan terlindas dengan zaman itu sendiri.

Entah karena faktor kebetulan atau bukan, Jokowi seperti mengulang semangat kaum muda dulu dalam merespons situasi menjelang Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. Para pemuda (seperti Sukarni, Adam Malik, Sayuti Melik, dan seterusnya) yang banyak berperan, agar deklarasi kemerdekaan segera dikumandangkan.

Sejarah politik di Tanah Air tak bisa dipisahkan dari peran kaum muda, salah satu yang monumental adalah jatuhnya rezim Soeharto, karena desakan masif gerakan mahasiswa tahun 1998. Itu sebabnya Jokowi memberi tempat pada kaum muda, sebagai bagian dari persiapan menata Indonesia di masa depan, mengingat di tangan mereka inilah, masa depan Indonesia ditentukan. Seperti ungkapan Bung Karno yang terkenal: “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, tapi seorang pemuda mampu mengubah dunia.”

Pada sekian dekade lalu, ada asumsi yang mengatakan, dalam politik berlaku kebiasaan bahwa yunior akan secara otomatis mengikuti kehendak senior. Asumsi yang sejatinya   sudah  usang.  Model  seperti  itu hanya pas ketika ormas kemahasiswaan sedang berjaya, seperti HMI, GMNI, AMPI, dan seterusnya. Sebuah fenomena yang pernah terjadi di masa lalu, kira-kira sampai dekade 1980-an. Kini era kejayaan ormas kemahasiswaan (atau pemuda) sudah lewat, generasi milenial memilih mencari jalan  sendiri  dalam mengaktualisasikan dirinya.
Bagi Indonesia hari ini, generasi milenial, berdasar faktor perkembangan lingkungan dan kecanggihan teknologi, generasi milenial telah membangun perspektifnya sendiri dalam membaca soal-soal kebangsaan. Mengingat di zaman apapun, lebih khusus lagi di masa sekarang, tidak ada tempat bagi aspirasi konservatif.

Namun sayang, dinamika dan kreativitas membuncah yang lahir dari generasi milenial, acapkali tidak bisa dimengerti  elite parpol. Menjadikan generasi milenial sekadar lumbung suara, perilaku konservatif generasi tua telah mencapai titik nadir.

Sebagai relawan yang sejak awal mendukung Jokowi, saya ikut senang dengan terobosan yang dilakukan Pak Jokowi, terkait diorbitkannya figur milenial.Kami (para relawan) yakin sepenuhnya, Jokowi memiliki kapasitas penuh untuk menyusun komposisi kabinet mendatang. Kita bisa melihat bersama, hal yang sangat prinsipil telah berjalan efektif, ketika Pak Jokowi mengimplementasikan hak prerogatifnya secara penuh.

Meski tetap ada desakan dan manuver sejumlah elite parpol. Pada akhirnya, saya ucapkan selamat bekerja pada kabinet yang akan datang. Semoga bisa segera memberi dampak positif bagi kesejahteraan rakyat.

 

Penulis: Dono Prasetyo, Pimpinan Kolektif DPN Seknas Jokowi

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait