Sabtu, 23 September 23

SLANK DAN PIALA AMI AWARDS 2016

Bagi Slank, Piala adalah Bonus dari Dedikasi dan Kerja Keras

Sejak pertama ngeband di tahun  1983, Slank tak pernah menjadi juara satu festival pun. Bisa dibilang, personel Slank, baik formasi awal, formasi rekaman ke-13, hingga formasi ke-14 pada 1997 sampai sekarang, tak pernah merasakan bagaimana nikmatnya mendapatkan piala. Mereka baru merasakan berbagai piala penghargaan ketika nama mereka mulai melambung di tahun 1983 saat merilis debut albumnya bertajuk ‘Suit Suit Hey Hey… (Gadis Sexy)’.

Sebuah catatan penting dalam perjalanan karir musikalnya, ketika Slank gagal meraih satu pun piala pada Festival Musik Rock versi Log Zhelebour di Surabaya. Tak semudah membalik telapak tangan. Bahkan kendala besar harus mereka hadapi. Tak ada satu pun produser yang mau mengapresiasi karya mereka. Mereka pernah mencoba ramuan musik sesuai keinginan produser, yakni memainkan musik gaya Deep Purple atau Queen. Meski sudah dicoba semirip mungkin, tapi tetap saja ditolak produser. Hingga akhirnya Slank bertemu Budi Soesatio.

Produser bertangan dingin yang melambungkan nama Bimbim, Pay, Kaka, Bongky dan Indra, formasi ke-13 Slank, bisa disebut sebagai pionir dari revolusi musik Rock di Indonesia. Semua kegagalan itu, malah menjadi cambuk bagi Slank untuk segera menyiapkan karya mereka dan meluncurkan album perdana.

“Gue ama teman-teman terinspirasi dari gaya musikalitas God Bless yang digabung dengan kekuatan gaya lirik lagu Iwan Fals. Kemudian dilengkapi dengan tema lagu sesuai visi dan misi yang kita pahami. Jadinya, ya seperti Slank sekarang ini,” ungkap Bimbim saat jeda rekaman album terbaru mereka.

Balik ke soal Piala. Senin, 3 Oktober 2016, saat sedang asyik rekaman lagu ke-10 dari materi album terbaru di Parah Studio milik Slank, tiba-tiba muncul seorang kurir yang mengantarkan 2 buah Piala Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2016. Piala tersebut diantarkan ke markas Slank di Jalan Potlot III No. 14, Duren Tiga, Jakarta Selatan, lantaran padatnya jadwal Slank sehingga tak sempat menghadiri malam penganugerahan AMI Awards 2016 tersebut.

Baik Bimbim, Ivanka, Abdee, Kaka dan Ridho, nampak menyambut dengan cara sikap yang sama seperti saat pertama kali menerima ganjaran penghargaan musik atas dedikasi dan prestasi mereka dalam industri musik di tanah air.

“Piala adalah bonus dari dedikasi dan kerja keras. Bukan sesuatu yang ditunggu dan dicari-cari. Dan piala bukan tujuan utama bagi kami dalam bermusik,” terang Kaka Satriadji.

Silih berganti mereka mengamati Piala AMI Awards sebagai Artis Duo/ Grup Rock Terbaik. Slank mengungguli seniornya, IwanFals Feat Noah – Yang Terlupakan (Satu), Jamrud – Wasted Time (Jamrud 20 Years Greatest Hits), Kikan X Kotak – Long Live Rock n Roll (Single – Long Live Rock n Roll), Musikimia – Dan Bernyanyilah (Intersisi)

Piala lainnya dianugerahkan kepada Slank sebagai Artis dan Produser/ Penata Musik Rock Terbaik, dimana Slank berhasil melampaui rekan musisinya dalam album: 3 To Rock – Grassrock, Boomerang, D’Bandhits (Dahlia Wijaya/GP Records), Intersisi – Musikimia (Sony Music Ent. Indonesia), Jamrud 20 Years Greatest Hits – Jamrud (Logiss Records), Rockalisasi – Candil in The Rockalisasi (Greenland Indonesia).

Entah piala yang ke berapa. Slank nyaris tak pernah dengan sengaja menghitung semua piala yang pernah mereka terima. Jika mengintip”Museum” Slank, ada puluhan piala. Mereka bahkan sudah lupa pernah mendapat piala apa saja, untuk penghargaan apa saja, dan dari penyelenggara yang mana.

“Alhamdulillah…. Ini bonus yang akan menjadi cermin bagi Slank untuk selalu introspeksi diri. Bahwa ngeband itu ujungnya adalah menyampaikan pesan dan nilai kebaikan pada penggemar kami,” simpul Bimbim seraya membocorkan tentang salah satu lagu baru berbahasa Lombok untuk album terbaru mereka nanti, yang terinspirasi dari keindahan Lombok.

Slank dan Piala hanya perpaduan yang biasa saja dan memang bukan apa-apa, jika tanpa karya yang baik, konsistensi, dedikasi, dan kerja keras yang tak pernah berhenti. Bimbim dan Kaka, bahkan masih terus mengasah kepekaan dengan kehidupan di sekitarnya agar tetap sensitif dan terus berkarya.

Akhirnya Bimbim menitipkan pesannya pada penyelenggara AMI Awards, yang kini diketuai oleh Dwiki Dharmawan agar kelak setiap penghargaan lebih mengedepankan pada “nilai” kulturalnya, bukanhanya pada “kemasan” bisnisnya semata.

“Supaya musisi generasi baru, merasa memiliki dan termotivasi untuk menjadi pemenangnya dengan penuh rasa bangga,” tegas Bimbim mengakhiri obrolannya dengan www.indeksberita.com.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait