
Menjelang tutup tahun 2015 Presiden Joko Widodo mengundang para pelawak dan komika (stand up comedy) makan bersama di Istana. Pada saat bersama di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR sedang menyidangkan perkara Setya Novanto, Papa Minta Saham. Menurut Butet Kartarahardja, mewakili para seniman lawak, presiden ingin menyampaikan pesan kepada pelawak, “Kalian jangan kalah lucu dengan Mahkamah Kehormatan Dagelan (MKD) di Senayan”.
Apa yang disampaikan Butet betul. Bangsa ini sejak pertengahan tahun 2015 disibukkan oleh kegaduhan yang diciptakan Setya Novanto. Ketua DPR ini jelas gagal menjalankan tugas karena hanya tiga undang undang tercipta selama tahun 2015. Namun rakyat kita yang makin cerdas menanggapi sepak terjang Setya Novanto dengan humor politik. Mereka melampiaskan kegeraman melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya.
Simak salah satu status Facebook di bawah ini.
Pilpres AS 1992: Pengusaha Indonesia sumbang dana untuk Capres Demokrat Bill Clinton.
Pilpres AS 2008 dan 2012: Sebuah SD di Menteng Jakarta sumbang doa untuk Capres Demokrat Obama.
Pilpres AS 2016: DPR RI sumbang badut untuk bakal Capres Republik Donald Trump.
Status Facebook di atas adalah respon terhadap kehadiran Setya Novanto dan Fadly Zon pada kampanye salah seorang calon presiden dari Partai Republik Amerika Serikat Donald Trump. Kader Partai Golkar ini kemudian disidang di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR dan divonis melanggar etik meski tak menghadiri sidang tersebut.
Setelah kasus Donald Trump kembali Setya Novanto membuat kesalahan yang berbuntut kegaduhan sampai akhir 2015. Bermula dari pertemuan Setya Novanto dengan petinggi PT Freeport. Dalam pertemuan itu ia mengajak Riza Chaled seorang pengusaha. Dari sini kehebohan berasal. Menteri ESDM Sudirman Said melaporkan Setya Novanto atas dugaan pencatutan nama presiden dan wakil presiden ke MKD.
Simak status Facebook berikut.
Presiden, Wakil Presiden dan Ketua DPR berasal dari pengusaha.
Presiden: ‘Saya minta para duta besar menjadi marketing Indonesia’.
Wapres: “Saya minta GP Ansor mengembangkan kewirausahaan untuk kesejahteraan warga nahdliyin.”
Ketua DPR: “Saya minta saham…….”
Setya Novanto memang fenomenal. Konon karier politiknya merangkak dari bawah hingga sampai puncak sebagai Ketua DPR RI. Majalah Tempo setidaknya sudah empat kali membuat laporan utama (cover story) tentang kasus korupsi yang melibatkan anggota DPR RI dari Dapil NTT ini. Namun ia lolos dan hanya berstatus sebagai saksi. Benar kata Donald Trump bahwa Setya Novanto adalah orang kuat di Indonesia.
Sebagai orang yang mewakili Dapil NTT sungguh apa yang dilakukan Setya Novanto tak mencerminkan rakyat yang diwakilinya. Sebuah status Facebook bisa mewakili kegeraman publik terutama warga NTT.
Berkendara Jaguar RI 6.
Berarloji merek Richard Mille.
Namun ia mewakili provinsi paling miskin, NTT.
Kini ia ketahuan akan “merampok” harta provinsi paling kaya tapi rakyatnya miskin, Papua.
Sungguh malangnya bangsa ini diwakili para maling.
Wahai KPK, Polisi dan Jaksa, kurang bukti apa lagi untuk menjeruji orang sakit jiwa itu?
Pada akhir tahun seluruh energi bangsa ini seolah hanya untuk memikirkan Setya Novanto. Gara-gara dalam rekaman yang menyebut Presdien Jokowi keras kepala atau koppig (bahasa Belanda), ada sebuah akun twitter menulis: Gara2 Jokowi koppig, SetNov pantas dibeslag dan diruislag. Fadli Zon? Enaknya divermaak. Gimana Fahri Hamzah si muka bludrek kurang pakansi? Gampang, diafdruk aja.
Pada saat gonjang-ganjing di MKD belum usai, entah kebetulan atau sengaja, Setya Novanto menikahkan putrinya dan mengadakan pesta pernikahan yang mewah di Jakarta. Namun beberapa petinggi negeri yang diundang tak hadir, termasuk Jokowi dan Jusuf Kalla. Publik ada membaca Jokowi dan Jusuf Kalla marah terhadap Setya Novanto, meski kedua pejabat itu beralasan kesibukan mengurus negara.
Masyarakat di media sosial menanggapi pernikahan anak Setya Novanto dengan status Facebook yang cukup menohok di bawah ini.
Setya Novanto menikahkan putrinya. Seperti biasa ia menawarkan hadiah apa yang diinginkan (dan pasti dikabulkan). “Kamu minta apa sayang, ayah pasti penuhi” tanya Setya Novanto. “Ah malu Yah,” jawab sang putri. “Nah kalau itu permintaanmu ayah tak punya!”
Seperti telah kita ketahui, pada akhirnya MKD tak memutuskan Setya Novanto bersalah, meskipun semua anggota menyatakan Ketua DPR itu bersalah. Setya Novanto mendahului mengundurkan diri dari kursi ketua DPR. Bahkan setelah itu Partai Golkar mengangkatnya kembali sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Sudah dua kali disidang MKD, jika di pengadilan negeri ia bisa dinamakan sebagai residivis, namun tetap dipercaya tetap di gedung wakil rakyat.
Publik yang kecewa Setya Novanto tetap berkiprah sebagai wakil rakyat menyindir melalui humor politik di dunia maya.
Setya Novanto Siap Tinggalkan Senayan:
Ia telah menyiapkan langkah alih profesi:
1. Mengakuisisi saham jaringan hotel Novotel lalu diganti Novantel.
2. Membeli tabloid wanita Nova dan segera mengubah menjadi tabloid pria Novanto.
3. Membeli perusahaan sabun kesehatan Novo kemudian merebranding menjadi merk Novanto: sabun khusus cuci tangan.
4. Menjadi vokalis Setya Band d/h Setia Band bersama Charlie van Houten.
Humor politik menurut Willibald Ruch (2007) mempunyai lima fungsi yaitu: (1) untuk mengekspresikan nilai dan sikap politik seseorang secara tidak langsung; (2) melihat sosok penguasa yang bobrok; (3) mengekspresikan sesuatu hal yang tidak bisa ditolerir; (4) mengeksplor topik-topik yang tabu; dan (5) mencapai suatu keadilan.
Apa yang disampaikan para netizen melalui humor politik sepanjang 2015 adalah respon terhadap pemerintahan dan para politisi di Senayan. Namun rupanya Presiden Jokowi juga mempunyai sense of humor yang tinggi dalam menanggapi kegaduhan politik di Indonesia, terutama saat kasus Papa Minta Saham. Kegiatan presiden makan bersama dengan para pelawak dan komika pada saat bersamaan MKD bersidang, bisa dibaca publik: “Kalian di Senayan bikin lelucon. Saya juga bisa bikin yang lebih lucu di Istana…”. Sesungguhnya kedewasaan seseorang (politisi) itu bisa dilihat apakah ia mampu menertwakan diri sendiri atau tidak.