Setelah perang Dunia Ke II, sejumlah negara di Asia memperoleh kemerdekaan. Negara – negara Asia tersebut menginginkan kompetisi yang menunjukkan Asia sebagai kekuatan negara baru yang anti penindasan, namun tidak ditujukan dengan kekerasan. Ini lah semangat Asian Games pada awal diselenggarakannya.
Kekuatan Asia diperkuat oleh rasa saling pengertian korban negara penjajah. Dan sebagai sesama bangsa yang anti penindasan dan kolonialisme, tentu semangat ini dengan tegas diungkapkan oleh Indonesia. Itulah sebabnya, Bung Karno meminta Asian Games IV yang diselenggarakan di Indonesia tahun 1962, tidak mengikut sertakan Taiwan dan Israel.
Perhelatan akbar ajang olah raga yang melibatkan negara – negara se Asia, Asian Games, dilaksanakan pertama kali pada tahun 1951 di new Delhi India oleh Dewan Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia/OCA). Dan perhelatan ke empat digelar pada 24 Agustus – 4 September tahun 1962 di Jakarta, Indonesia.
Asian Games IV dibuka oleh Ir.Sukarno bertempat di Stadion Gelora Bung Karno, diikuti 1.460 atlet yang mewakili 17 NOC Asia Multi event ini menampilkan 13 cabang olah raga, atletik, akuatik (renang, loncat indah & polo air), bola basket, tinju, balap sepeda (jalan raya dan trek), hoki, sepakbola, memanah, tenis meja, tenis, bulu tangkis dan gulat. Dan dalam Asian Games ini memperebutkan 372 medali emas.
Indonesia berusia 17 tahun saat asian games pertama di Indonesia 1962. Meski baru ABG, baru usia remaja, Bung Karno menekankan nasionalismenya yang tinggi, dan tidak ingin Indonesia dicap sebagai negara ABG yang sedang galau. Beliau bertekat membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia sebagai negara besar dan berdaulat.
Asian Games 1962 dijadikan alat untuk menyatukan bangsa. Masyarakat dilibatkan untuk menyukseskan, sekaligus dijadikan alat untuk membangun karakter dan bangsa ( Nation and Character Building Indonesia).
Bung Karno menetapkan Keppres No. 79 tahun 1961 yang isinya adalah semua kegiatan olahraga harus berada dalam satu komando agar bisa dilakukan secara terpimpin, terkendali dan terencana. Oleh karena itu rakyat diikutsertakan, seluruh daya dikerahkan sehingga menjadi satu gerakan massa olahraga.
Selain hal itu, asian games juga digelar sebagai flat form politik Bung Karno yang ingin menciptakan manusia Indonesia yang baru, artinya bisa memiliki posisi kuat dan tegak secara fisik dan mental.
“Revolusi olah raga kita adalah sekaligus daripada nation building Indonesia. Revolusi kita membentuk Manusia Baru Indonesia, antropologis adalah sebagian daripada nation building Indonesia.”
Harga diri bangsa Indonesia kembali menjadi tinggi di saat Hanoi mundur sebagai negara penyelenggara Asian Games 2018, akibat ketidak-siapan dan resesi ekonomi. Indonesia kemudian mengajukan diri menjadi tuan rumah, dan Presiden Jokowi membuktikan harga diri bangsa yang mampu menyelenggarakan Asian Games sekaligus membuktikan Indonesia sanggup, dan tak ada resesi ekonomi di bumi Nusantara.
Asian games ke 18 digelar pada 2 kota, Jakarta dan Palembang akan mempertandingkan 33 cabang olah raga Olimpiade dan 11 cabang olah raga non Olimpiade. Ajang ini akan berdampak kepada pembangunan infrastruktur , meningkatkan pariwisata dan membuka lapangan pekerjaan di Indonesia.
Intinya ekonomi Indonesia akan terangkat oleh kegiatan Asian Games sedangkan di sisi lainnya, Indonesia akan lebih terkenal di khalayak dunia. Dimana Asian Games 2018 ini bisa dikatakan sebagai nasional branding, sekaligus bentuk promosi visit Indonesia , mempromosikan budaya dan kekayaan alam Indonesia kepada seluruh dunia.

Penulis: Manaek Hutabarat , SE, S.Kom, M.Si. Pemerhati sepakbola dari Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.