Kamis, 28 September 23

Sektor Pangan Berperan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Forum Pertanian 2016 yang membahas peran sektor pangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Jakarta, Kamis (29/9). Berdasarkan data BPS, sektor pangan tumbuh terbesar 14,15 persen pada kuartal II 2016 dibandingkan kuartal-I. Selain itu, pada April 2016 terjadi deflasi sebesar 0,45 persen dengan penyumbang terbesarnya dari kelompok pangan yang mencapai angka 0,94 persen.

BPS pun merilis, penduduk miskin di pedesaan turun 50 ribu dari 17,94 juta orang maret 2015 menjadi 17,67 juta orang pada maret 2016. Hal ini terjadi karena produksi pangan yang dihasilkan petani yang melimpah.

Hadir dalam diskusi ini Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita,Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia, Anton J Supit, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, Arum Sabil, dan Pakar Pertanian IPB, Rahmat Pambudy.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengatakan besarnya kontribusi pertanian terhadap peningkatan kesejahteraan petani berkat kebijakan pembangunan pertanian yang tepat. Kebijakan tersebut di antaranya fokus pada pengembangan kawasan atau sentra pangan, pembangunan infrastruktur, merubah regulasi bantuan pertanian dari sistem tender menjadi penunjukkan langsung, investasi dan hilirisasi, penataan tata niaga pangan, dan pengendalian impor dan mendorong ekspor.

“Hasilnya produksi padi 2015 naik 6,42 persen, jagung naik 3,18 persen dan kedelai naik 0,86 persen dibandingkan tahun 2014. Impor jagung turun 56 persen pada periode Januari-Juli 2016 dibandingkan Januari-Juli 2015. Kemudian sampai saat ini tidak ada impor bawang merah atau turun 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Amran saat memberikan arahan dalam diskusi Forum Pertanian 2016.

Amran menambahkan peningkatan produksi ini diikuti dengan kebijakan harga. Harga beli komoditas pangan petani yang tinggi dapat meningkatan kesejahteraan petani. Misalnya di jagung, jika harga naik Rp 100 saja maka keuntungan yang nikmati petani sangat besar. Saat ini, pemerintah telah menetapkan harga acuan jagung di tingkat petani Rp 3.150/kg dan di konsumsen Rp 2.650-2.750/kg.

Kemudian, kebijakan Harga Pembelian Pemerintah gabah dan program Serap gabah telah melindungi petani dari harga jatuh di saat panen raya dan memperkuat stock pangan. “Hasilnya, harga gabah di saat panen raya stabil dan demikian juga stock beras saat ini 2,1 juta ton cukup aman sampai dengan Mei 2017,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita menyampaikan peningkatan produksi pertanian memiliki korelas yang sangat erat dengan kesejahteraan. Untuk itu Kementerian Perdagangan (Kemendag) memiliki peran terkait dengan stok pangan harus tersedia di pasar, harga pangan harus terkendali dan menyerap semua produksi pangan petani sehingga tidak ada lagi hasil panen yang tidak terserap. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberlakukan HPP dan HET yang dihitung sampai dengan keuntungan di tingat petani.

“Khusus beras yang kami lakukan yaitu meminta Bulog ketika harga jatuh agar membeli beras petani untuk stok pangan nasional, menyediakan kredit untuk petani dan memotong rantai pasok yang terlalu panjang,” ungkap Enggar.

Pengamat Ekonomi Pertanian IPB, Rahmat Pambudy menilai pemerintah saat ini sudah berani mengambil sikap untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, peningkatan kesejahteraan petani harus juga diiikuti dengan peningkatan kesejahteraan pelaku usaha dan konsumen.

“Petani dan pelaku usaha serta konsumen harus sama-sama untung agar pelaku usaha dapat terus melakukan investasi yang dinikmati semua orang,” terangnya.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait