Pernyataan keprihatinan atas nasib bangsa yang terlontar dari Presiden ke 6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) usai pertemuanya dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Kuningan, Jakarta, Selasa (24/7/2018) lalu menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Ketua Umum (Sekretariat Nasional) Seknas Jokowi Muhammad Yamin menyarankan agar SBY jangan cari kambing hitam dan bersandiwara dengan memposisikan diri sebagai korban.
Yamin menilai, SBY kembali memainkan gaya politik ‘lagu lama’ walau dalam kemasan baru. Hal ini menurut Yamin, kelihatan sekali saat SBY melontarkan keluhan bahwa banyak rintangan yang menghalanginya saat ingin berkoalisi dengan Presiden Jokowi.
Pernyataan SBY yang lagi-lagi membawa nama Megawati Sukarno Putri tersebut menurut Yamin adalah sebagai bentuk ketidak ksatriaan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan. Yamin bahkan dengan tegas memgatakan bahwa SBY tengah menjadikan sosok Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut seolah-olah sebagai pihak yang paling bersalah.
“Kali ini SBY tak hanya mengeluh tapi juga mencari kambing hitam, dengan membawa-bawa atau menuduh Bu Mega,” ujar Yamin kepada awak media ,Kamis (26/7/2018).
Menurut Yamin, ini bukanlah pertama kalinya SBY memainkan peran sebagai korban (playing victim) serta membawa-bawa hubungan buruknya dengan Megawati ke dalam ranah publik. Sikap SBY tersebut menurut Yamin sangat tidak dewasa dalam berpolitik.
“Jelas sangat tidak dewasa dalam berpolitik. Apalagi itu dilakukan SBY dengan motif untuk mewujudkan ambisinya mengangkat AHY, putranya sendiri, sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto,” imbuhnya.
Yamin memina SBY agar introspeksi dalam melakukan manuver politik. Berkoalisasi dengan pihak manapun adalah hak semua orang, akan tetapi lanjut Yamin mengingatkan bahwa menjadikan seseorang sebagai kesalahan tanpa mau bercermin adalah sebuah sikap yang cenderung mendorong orang lain melalui penzaliman.
“Praktikanlah cara-cara politik yang santun, tanpa menyakiti pihak lain. Bangsa ini perlu diberikan teladan pendidikan karakter yang kuat. Pemimpin adalah cerminan bangsanya. Jangan sampai bangsa Indonesia selalu mendapat suguhan politik melodrama,” pungkasnya.