
Juru Bicara Sekretariat Bersama Rakyat (SEKBER), Ahmad Rijal, mengatakan penolakan serta pengusiran terhadap calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat pada acara peringatan Supersemar di Masjid At-Tin, Sabtu (11/3/2017) merupakan tindakan tak patut dan tak bermoral, terlebih tindakan itu dilakukan oleh kelompok yang mengaku beragamis.
“Djarot itu seorang muslim lho, apalagi dia resmi di undang oleh pantia acara Supersemar, harusnya sebagai tamu harus dimuliakan, kalau mengaku seorang agamis tunjukkan ikromu dhuyuf-nya (memuliakan tamu), apalagi tempatnya di masjid, bukan malah di usir,” kata Rijal di Jakarta, Minggu (12/3).
Selanjutnya, Rijal mengecam keras tindakan penolakan yang dilakukan oleh sekelompok massa yang coba melakukan penghadangan dan memprovokasi sehingga menimbulkan kegaduhan.
“Panitia harus bertanggung jawab dan meminta maaf kepada pak Djarot atas kejadian pengadangan dan penolakan tersebut, agar kedepan tidak menimbulkan kegaduhan yang bisa menimbulkan perpecahan, apalagi saat ini momennya sedang pilkada,” tegas Rijal.
Oleh karena itu, Kata Rijal, insiden penolakan yang terjadi kepada pak Djarot tersebut jangan sampai terulang kembali.
Ia juga mengajak kepada masyarakat agar jangan mudah terprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
“Insiden tersebut merupakan provokasi-provokasi yang dapat menimbulkan kegaduhan serta pembelajaran yang buruk bagi masyarakat,” tandas Rijal.
Seperti diketahui, Djarot Saiful Hidayat yang pada Pilkada Gubernur DKI Jakarta 2017 berpasangan dengan Basuki Tjahaya Purnama, mengaku diundang secara resmi oleh panitia peringatan Supersemar itu.
Namun, sejak kedatangannya di mesjid At-Tin yang berada di kawasan Taman Mini, Djarot mendapat serangan verbal berupa teriakan dan cemoohan dari sejumlah peserta acara itu dan bahkan sempat dilarang memasuki tempat acara.
Perlakuan yang sama terjadi saat dirinya bersama rombongan meninggalkan acara tersebut.
Sementara, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang juga hadir tampak larut dan menikmati acara itu.