Relawan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat yang menamakan diri Sekretariat Bersama Rakyat (Sekber) ramai-ramai menyambangi kantor KPU Provinsi DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (31/10).
Kedatangan mereka guna mengadukan lembaga survei KedaiKOPI karena diduga memanipulasi data survei yang dilakukan sejak 19-24 Oktober 2016 yang menyebutkan tingkat keterpilihan calon petahana merosot.
Ketua Umum Sekber, Mixil Mina Munir membeberkan sejumlah kejanggalan yang dilakukan KedaiKOPI. Dari sekitar 85 pertanyaan yang ajukan kepada responden, 20 di antaranya dimanipulasi.
Sebagai contoh misalnya pertanyaan terkait apakah akan mendiskusikan cagub/cawagub pilihan responden dengan orang lain setelah pencoblosan. Ada juga misalnya terkait apakah sudah memiliki pilihan pasangan cagub/cawagub DKI Jakarta.
“Ini sangat janggal dan tidak bisa ditolerir,” kata Mixil.
Dia mengatakan alasan pihaknya harus mengadukan ke KPU DKI untuk mengingatkan kepada semua penyelenggara pilkada soal adanya lembaga survei yang tidak kredibel dan kompeten.
Lembaga survei yang tidak kredibel dianggap bisa mempengaruhi masyarakat pemilih. Karena itu, Mixil minta KPU DKI Jakarta untuk turun tangan menertibkannya agar Pilkada Serentak yang akan dihelat dalam waktu dekat ini bisa berjalan secara demokratis.
“Karena ini sudah termasuk kebohongan publik,” tandasnya.
Dari hasil survei KedaikOPI menyebutkan tingkat keterpilihan pasangan nomor urut 2, Ahok-Djarot hanya 27,5 persen atau berkurang dari survei sebelumnya yakni mencapai 34 persen. Sementara pasangan Anies-Sandi 23,9 persen dan Agus-Sylvi 21 persen.
Survei tersebut menggunakan metodologi acak bertingkat, dengan jumlah responden sebanyak 694 orang. Masyarakat yang diikutkan memiliki usia rentang antara 30-50 tahun.