Sabtu, 23 September 23

Sambil Bunyikan Kul-Kul, Massa Tolak Reklamasi Kepung Kantor Gubernur Bali

Lebih dari 30 ribu massa yang tergabung di dalam aksi Pasubayan Desa Adat/Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa mengepung kantor Gubernur. Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa yang digelar Kamis, 22 Desember 2016 tersebut sekaligus dalam rangka peringatan hari Ibu. Peringatan hari Ibu di dalam aksi tersebut bukan hanya untuk Ibu biologis tetapi merupakan perayaan untuk Ibu Pertiwi, sebagai hari perjuangan Ibu semesta. Aksi di jelang tahun baru 2017 ini juga merupakan pertanda gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa sudah memasuki tahun ke-4.

Massa aksi tersebut datang dari berbagai penjuru di Bali seperti dari Buleleng, Jembrana, Bangli, Karang Asem, Klungkung, Nusa Penida, dan Nusa Lembongan serta dari wilayah Sarbagita terlihat berdatangan pada pukul 14.00 di Parkir Timur Lapangan Renon lengkap dengan atribut penolakan reklamasi Teluk Benoa.

Yang berbeda pada aksi itu, sebagaian besar massa aksi membawa kul-kul atau kentongan. Setelah berkumpul, massa aksi melakukan long march mengitari lapangan Renon dan kemudian mengepung Kantor Gubernur Bali dengan memukul kul-kul dan pekikan yel-yel tolak reklamasi. Sebagaimana ritual yang biasa dilakukan di Bali dalam pergantian tahun Saka, aksi di akhir tahun menyambut tahun baru masehi tersebut juga diiringi bunyi kentongan saling bersahutan sebagai cara untuk mengusir energi negatif, mengusir kerakusan, mengusir mental maling, dan mengusir raksasa rakus.

“Salah satu watak Raksasa itu adalah kerakusan. Itu sebabnya sekarang Pasubayan Datang dengan ribuan kul-kul atau kentongan untuk menyomya (menetralisir) sifat keraksaaan dan sifat rakus atau energi negatif yang ada di di kantor Pemerintahan,” ujar Ida Bagus Ketut Purbanegara yang juga Bendesa Adat Buduk.

Foto Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa 22 Desember 2016 (1)

Sementara itu, Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) I Wayan “Gendo” Suardana menambahkan, selain untuk mengusir energi buruk dari kantor pemerintahan, simbolisasi pengusiran energi buruk tersebut memiliki tujuan yang mulia. “Supaya tidak ada lagi energi buruk yang melingkupi gedung – gedung pemerintahan. Semoga setelah kita melakukan simbolisasi pengusiran energi buruk, pemimpin kita bisa tercerahkan oleh energi baik dan di tahun berikutnya Gubernur Bali berani mendukung rakyatnya untuk menolak reklamasi Teluk Benoa,” ungkapnya.

Selain itu di dalam orasinya, Gendo juga menjelaskan, penolakan atas rencana reklamasi Teluk Benoa oleh rakyat Bali telah memasuki tahun ke-4. Meskipun upaya perlawasan rakyat terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa semakin masif, namun upaya pemaksaan ngurug laut tersebut tak kunjung dihentikan. “Selama kurang lebih dua bulan masyarakat diam sejenak dari aksi-aksi massa, sementara upaya untuk memaksakan reklamasi justru semakin massif dilakukan oleh PT. TWBI”. Ada rapat di Kemenkopolhukam yang membahas tentang reklamasi Teluk Benoa, di komisi IV DPR RI juga digelar Rapat dengar Pendapat umum atau RDPU antara komisi IV DPR RI dengan PT. TWBI dan agenda RDPU itu dilanjutkan dengan adanya peninjauan lapangan oleh komisi IV DPR RI.

“Artinya saat kita diam maka akan ada pihak lain yg akan bergerak maju. Oleh karena itulah kita tidak boleh diam, kita harus terus bergerak. Hanya itu modal kita untuk menghambat laju rencana reklamasi Teluk Benoa,” ujarnya.

Persoalan kriminalisasi yang menimpa para aktivis ForBALI juga disinggung di dalam aksi tersebut. Menurut Gendo, perjuangan rakyat Bali dalam melawan rencana reklamasi amat penuh dengan resiko, seperti kriminalisasi yang dilakukan terhadap beberapa aktivis ForBali antara lain Gung Omlet, De John, dan juga Agus Wirasman.

“Lawan kriminalisasi aktivis ForBALI!” pekik Gendo seraya disambut dengan pekikan “Lawan” oleh massa aksi yang hadir.

Aksi kali ini, selain meriah dengan suara kul-kul selama long march, juga dimeriahkan dengan berbagai suguhan pagelaran seni dari berbagai komunitas pejuang tolak reklamasi Teluk Benoa. Mulai dari penampilan Barong dan Rangda Go Green (Barong yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang oleh sanur), Inguh (Lawak Bali), atraksi gambelan Baleganjur Rarekulaikers dan baleganjur dari Desa-Desa Adat, hingga penampilan musik yang disuguhkan oleh musisi-musisi dan seniman bali lainnya yang terbagi di 4 titik panggung aksi di ruas jalan depan Kantor Gubernur.

Musisi dari berbagai aliran musik yang terlibat di dalam aksi tersebut selain Superman Is Dead, The Dissland, Nosstress, Jony Agung and Double T, The Hydrant, Made Maut, Lanang OI, The Djihard, The Bullhead, Poison and Rose, The Ledorz dan Relung Kaca yang yang terbagi dalam 4 titik panggung aksi. Aksi ditutup dengan penampilan terakhir Superman Is Dead yang diiringi dengan pemukulan kul-kul.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait