
Setelah 20 tahun tak bertemu, ratusan aktivis 98 dari berbagai organisasi gerakan mahasiswa di era pra reformasi gelar pertemuan sekaligus buka puasa bersama di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, pada Selasa (29/5/2018). Dalam pertemuan tersebut, para aktivis 98 jadikan PKS musuh bersama.
Para mantan aktivis 98 yang tergabung dalam Syarikat 98, Progres 98, Pena 98, dan Jari 98 mengadakan Diskusi Kebangsaan dan Buka Puasa Bersama 1000 Aktivis 1998. Sejumlah motor gerakan mahasiswa era 98 terlihat hadir, diantaranya Adian Napitupulu, Mustar Bonaventura, Faizal Assegaf, Hengky Irawan, Masinton Pasaribu, Eli Salomo, Nuryaman Berry, Abdullah, Wahab Talaohu hingga Ali Mochtar Ngabalin.
Uniknya, jika sebelumnya pada era 98, gerakan mahasiswa dari beragam elemen tersebut sepakat menyatakan Orde Baru, Soeharto dan partai pendukungnya sebagai musuh bersama. Kini, yang jadi musuh bersama para aktivis 98 tersebut yakni PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Teriakan bubarkan PKS pun menggema saat gelar pertemuan.
Sebagaimana disampaikan Faizal Assegaf dari Progres 98. Dia menilai, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) cenderung mendukung gerakan teroris dan suburnya radikalisme di Indonesia.
“Karena itu, pemerintah sebaiknya segera membubarkan PKS. Sebab, partai tersebut jelas melegitimasi dan memberikan dukuangan terhadap terorisme yang mengancam ideologi negara Pancasila, UU45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI,” ujarnya lugas.

Bukti keterlibatan PKS atas gerakan aksi teror, sambungnya, diantaranya mendukung gerakan Osama Bin Laden. Selain itu, juga sistem rekrutmen untuk tumbuh kembangkan gerakan radikal.
“Pada masa reformasi banyak sekali penumpang gelap yang dengan sengaja menikmati kebebasan ini. Saya mau katakan bahwa perjuangan reformasi itu 20 tahun ini kita baru sadar ada penumpang gelap yang bawa spirit yang berbeda dengan ideologi dan nurani kita, salah satunya adalah PKS,” tandasnya.
Sementara, aktivis 98 Front Pemuda Penegak Hak Rakyat (FPPHR), Fery Aryanto asal Kota Bogor mengatakan, pada era kelahiran reformasi banyak penumpang gelap juga penunggang gelap yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan politiknya.
“Penunggang gelap itu adalah Amien Rais. Dia mengaku-ngaku Bapak Reformasi. Sementara, yang berdarah-darah bentrok dengan aparat itu para mahasiswa, bukan Amien Rais yang duduk manis dan tiba-tiba mengklaim tokoh. Kami sendiri saat itu sebagai mahasiswa tak kenal dan tak pernah mau mengenal Amien rais, karena saat itu dia pun tak punya jasa pada perjuangan reformasi. Jadi, secara tegas, lugas, blak-blakan, kami sebut penunggang gelap tak tahu diri itu Amien rais. Dan, kami menolak dan tak mengakui Amien Rais sebagai Bapak Reformasi. Emang siapa dia?,” tuntasnya.
Pantauan media online ini, pada gelaran pertemuan 1000 aktivis 98 tersebut juga dipenuhi deretan foto-foto pada saat peristiwa 98 di pintu masuk ballroom. Beberapa pengunjung terlihat melihat foto-foto yang terpampang tersebut, sembari mengambil gambar. (ok)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.