Ratusan Tenaga Kesehatan Untuk Korban Gempa Bergerak Ke Sulteng

0
43
Tenaga kesehatan untuk korban gempa yang di kirim ke Sulteng (foto Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes)

Selang sehari sejak gempa dan tsunami menerjang empat wilayah di Sulawesi Tengah, bantuan tenaga kesehatan untuk korban gempa, dikerahkan untuk memberikan pelayanan di wilayah terdampak.

Sekitar 605 orang tenaga kesehatan, mulai dari tenaga dokter umum, dokter spesialis, perawat, residen, tenaga gizi, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, bahkan tenaga non medis/paramedis, telah dan akan dikirimkan secara bertahap ke Sulawesi Tengah. Mereka berasal dari provinsi terdekat.

Penjelasan tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeleok, Sp.M(K), dalam Rapat Terbatas (Ratas) Kabinet Kerja di Istana Negara terkait Penanganan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Sulawesi Tengah, Selasa (02/10).

Bantuan tenaga kesehatan berasal dari RS Wahiddin Makassar, RSUP Kariadi Semarang, RSU Dr. Kandou Manado, RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, RSCM Jakarta, RS Terapung KRI Soeharso, TNI, Polri Tim DVI, Tim Dokter Orthopedi, ESDM Siaga Bencana, Pemprov Gorontalo, PSC Dinkes Luwu Utara, PSC Dinkes Tojo Una-una, BTKL Makassar, Litbangkes Kemenkes, MDMC, Dompet Dhuafa, Universitas Andalas Padang, dan Universitas Hasanudin Makassar.

Sehari sebelumnya, kepada sejumlah media yang hadir di Kantor Kementerian Kesehatan, Menkes Nila Moeloek menyatakan bahwa bantuan tenaga kesehatan langsung digerakkan pasca kejadian.

“Sejak hari Sabtu memang kita sudah menggeser tenaga kesehatan yang berdekatan dengan kota Palu, seperti dari Makassar, Gorontalo, dan Manado,” tutur Menkes kepada sejumlah media saat ditemui usai pelaksanaan Apel Siaga Persiapan Asian Para Games 2018 di halaman kantor Kemenkes, Jakarta (1/10).

Menanggapi pertanyaan media seputar kesempatan menjadi relawan, Menkes Nila menyatakan bahwa tidak ada larangan untuk menjadi relawan. Namun, Menkes Nila mengimbau kepada para relawan agar mencatatkan diri agar teregistrasi dan tata kerja tetap terkoordinasi dengan baik.

“Kita memang mengerem tenaga kesehatan agar tidak kebanyakan, agar bisa bergantian timnya, jangan sampai menumpuk. Sekarang tidak, sementara nanti kekurangan,” kata Menkes.

Seperti kita ketahui, dalam situasi gawat darurat saat ini adalah “time saving is life and limb saving”, artinya semakin cepat merespon kejadian gawat darurat, maka semakin besar peluang atau kesempatan untuk menyelamatkan nyawa pasien. Namun, perlu diingat bahwa selain upaya penyelamatan para korban di reruntuhan, tentu pelayanan kesehatan untuk penanganan luka para korban yang berhasil diselamatkan serta pelayanan kesehatan bagi para pengungsi tetap menjadi perhatian.