Rabu, 31 Mei 23
Beranda Budaya Pustaka Pilihan, “Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer”

Pustaka Pilihan, “Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer”

0

Berharap agar dapat disekolahkan di luar negeri demi meningkatkan harkat dan martabat keluarga, juga membuat kedua orang tua bangga, mereka justru dikhianati oleh militer Jepang yang waktu itu mengaku saudara. Janji manis pun berujung pahit ketika harga diri mereka dicoreng dan kesucian mereka diambil dengan paksa.

Bagi tentara negara itu, mereka hanyalah logistik yang diangkut dari satu tempat ke tempat lain. Digunakan sebagai alat dalam meningkatkan moral serdadu dalam memenangkan perang. Tidak peduli mereka cantik, rupawan bahkan berasal dari keluarga berada. Bagi tentara negara itu, mereka hanya berfungsi sebagai alat pelepas birahi. Lagi, lagi, dan lagi.

Dengan mengaumbar janji manis melaui desas-desus, mereka dipilih berdasarkan kepiawaian mereka, paras mereka dan yang paling penting seberapa besar pengaruh keluarga dalam lingkungannya. Tidak sedikit dari mereka adalah anak camat, lurah atau kepala daerah dan memang sebagian besar berasal dari Pulau Jawa. Mereka adalah perawan remaja. Tidak sedikit pula dari mereka yang menolak, namun orang tua mereka berkata lain, tidak lain ya untuk meningkatkan harkat dan martabat keluarga. Beberapa dari mereka ada yang mengajukan diri (untuk alasan yang sama) dan beberapa dari mereka juga ada yang diculik.

Apakah kekalahan Jepang pada perang Pasifik di tahun 1945 akan mengubah nasib para perawan remaja? Tentu saja tidak. Demi menghapus beberapa kejahatan perang, Jepang memang membebaskan mereka, namun kegiatan cuci tangan pun berlaku. Di samping itu, sebagian besar dari perawan remaja juga menolak untuk pulang dengan alasan malu akan mengecewakan juga mencoreng harkat martabat keluarganya.

“Nah, kalian para perawan remaja, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja agar kalian tahu tentang nasib buruk yang bisa menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu.”

Adalah pesan yang ditulis dalam naskah Pramoedya Ananta Toer, berisi wawancara dan keterangan dari relasi maupun teman-temannya mengenai perawan remaja, baik saat berada di Pulau Jawa maupun di Pulau Buru. Hingga pada akhirnya naskah ini diserahkan pada KPG sehari sebelum keberangkatannya ke Jepang untuk menerima penghargaan The Fukuoka Asian Culture Prize.

Sudah jatuh, tertimpa tangga. Hal ini terjadi pada perawan remaja yang telah diberangkatkan di Pulau Buru. Beberapa dari mereka menolak pulang, beberapa dari mereka berkeinginan untuk pulang namun tidak memiliki uang. Keadaan tersebut memaksa mereka untuk bertahan hidup dengan segala kemampuan yang ada. Beberapa bertahan hidup sendiri, beberapa diperistri oleh masyarakat lokal adat Buru dan beberapa diperistri dengan cara tidak sah oleh masyarakat gunung.

Diperistri oleh masyarakat Buru kala itu bukanlah perkara yang indah yang sering dibayangankan oleh masyarakat pada umumnya. Perawan Remaja dianggap hanya sebagai harta, yaitu alat yang dipergunakan untuk beranak pinak dan tentunya diwajibkan untuk bersumpah mematuhi hukum adat, salah satunya tidak menggunakan bahasa lain selain bahasa lokal Buru. Jikalau hukum ini dilanggar, maka Perawan Remaja akan diberi hukuman cambuk atau yang lebih parah hidup berakhir diujung tombak sang suami.

“Sering kulihat wanita dibebani barang bawaan cukup berat, menggendong, menyunggi, masih mendukung bocah, dan suaminya enak-enak jalan dengan berjual tampang hanya membawa tombak. Ait, terlalu. Pernah kutegur seorang diantara mereka, dan suaminya memang mau membantu. Tetapi pada kesempatan lain tetap juga membiarkan istrinya menjadi kuda beban. Kau tidak boleh begitu, Putih.”

Novel ini menceritakan tentang sejarah kemanusiaan Perawan Remaja sebagai korban perang yang sering kali dilupakan. Masih banyak detail lain yang belum dilampirkan dalam resensi ini. Bagi anda pegiat pustaka dan peminat sejarah, novel ini dapat menjadi bahan renungan bagi anda karena banyak cerita dari Perawan Remaja yang dapat anda gali di buku ini.

Judul : Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer (Catatan Pulau Buru)
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit  : KPG
Tahun Terbit : Maret 2001
Tebal : 246 halaman