Wacana atau fiksi tentang Indonesia akan bubar pada 2030 sebagaimana yang disampaikan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih menimbulkan kontroversi. Ada yg mengatakan itu warning namun tak sedikit pula yg menilai sebagai retorika politik yang hanya ingin menghadirkan kontroversi.
Ketua Umum PROJO Budi Arie Setiadi kepada indeksberita.com mengungkapkan bahwa ancaman disintegrasi bangsa yang dapat meruntuhkan NKRI hanya mungkin terjadi karena tiga faktor.
“Pertama , hancurnya ideologi pemersatu bangsa yaitu Pancasila. Kedua, kesenjangan antar wilayah. Dan ketiga intervensi atau campur tangan asing,” ujar Budi, Jumat (23/3/2018).
Budi mengungkapkan, berdirinya Negara Indonesia berasal dari kesadaran bersama seluruh komponen anak bangsa, dari mulai Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda hingga Kemerdekaan Indonesia.
“Proses persatuan nasional kita muncul dari perasaan senasib dan sependeritaan selama masa kolonialisme. Prosesnya bottom up ( dari bawah) dimulai dari anak anak muda yg visioner bergerak bersama dalam satu tujuan,” imbuhnya.
Lebih lanjut Budi menegaskan bahwa Pancasila telah menjadi fondasi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Bhineka Tunggal Ika adalah intisari persatuan Indonesia. Sehingga menurut Budi, potensi yang mampu membubarkan NKRI karena adanya infilterasi ideologi yang ingin menghancurkan dan mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang tidak sesuai dengan karaktetiktik bangsa Indonesia atau Ideologi lain yg tidak sesuai dengan gerak sejarah dan sosio kultural bangsa Indonesia.
“Karena itu jangan main – main dengan Ideologi bangsa. Kalau Pancasila hancur maka negara Indonesia akan bubar. Tugas dan tanggung jawab kita semua untuk membumikan Pancasila dalam kehidupan sehari- hari,” tegas Budi.
Pembangunan Indonesia sentris yang dilaksanakan Pemerintahan Jokowi ,lajut Budi, adalah jawaban nyata atas problem kesenjangan pembangunan daerah. Konsepsi membangun dari pinggiran, pembangunan dari daerah – daerah terluar dan perbatasan serta kebijakan BBM satu harga adalah contoh paling nyata bahwa pemerintah serius mengatasi ketidak adilan sosial.
Selain itu, Budi juga mengungkapkan bahwa potensi dan ide- ide separatisme hanya muncul di sedikit daerah. Itupun sebagian besar karena alasan kesenjangan ekonomi. Itu menandakan bahwa sabuk pengikat NKRI diperhatikan betul oleh Pemerintahan Jokowi. Tidak ada satu pun pemimpin nasional kita yg pernah mendatangi dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote.
“Faktor terakhir adalah intervensi asing. Tapi untuk kepentingan apa mereka menginginkan Indonesia bubar? Potensi intervensi asing paling besar di Papua,” jelas Budi.
Di perbatasan Kalimantan pun menurutnya intervensi asing adalah untuk kepentingan ekonomi seperti perdagangan narkotika dan penyelundupan. Sebagian besar karena faktor- faktor ekonomi. Budi mengatakan bahwa itu adalah To big to fail. Indonesia adalah negara besar yg bila pecah justru akan mengancam stabilitas kawasan dan perdamaian dunia.
” Jadi apa yg sudah dilakukan pemerintahan Jokowi justru memperkokoh persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa. Rakyat semakin cerdas. Rekayasa- rekayasa adu domba sosial dengan tindakan teror terhadap ulama dan tokoh agama sudah terbaca motif dan dalangnya. Kita harus bersikap sebagai warga sebuah bangsa besar. Ide- ide separatisme , disintegrasi bangsa kan produksi lokal, ” pungkas Budi.