Presiden Minta Rantai Pasok Gas Dipangkas

0
124

Presiden Joko Widodo (Jokowi) serius memperhatikan keberlangsungan dan daya saing industri nasional, terutama yang memerlukan bahan bakar gas yang cukup besar. Untuk itu, Presiden menginstruksikan jajarannya mengambil langkah konkret untuk menjadikan harga gas industri lebih kompetitif, sehingga produk industri Indonesia mampu memenangkan persaingan di pasar global.

“Jangan sampai produk industri kita kalah bersaing hanya gara-gara masalah harga gas kita yang terlalu mahal,” tegas Presiden saat memimpin rapat terbatas mengenai penetapan harga gas industri di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (4/10).

Presiden juga mengungkapkan keheranannya dengan harga gas yang terlalu mahal, mengingat Indonesia memiliki potensi cadangan gas bumi yang besar. Harga gas di Indonesia, menurut data yang disampaikan Presiden, lebih tinggi disbanding negara-negara ASEAN lainnya. Padahal, sebagian besar dari negara-negara itu hanya melakukan impor gas bumi.

“Harga gas di Indonesia tertinggi mencapai USD 9,5 MMBTU (Million Metric British Thermal Unit). Itupun masih ada yang saya dengar harga di USD 11 atau USD 12. Sementara harga di Vietnam misalnya, hanya USD 7. Di Malaysia USD 4, di Singapura USD 4 per MMBTU,” ungkapnya.

Mengingat hal tersebut, Presiden meminta agar harga gas industri di Indonesia menjadi lebih kompetitif. Menurut hitungannya, harga gas di Indonesia mestinya dapat ditekan hingga USD 5 atau USD 6.

“Syukur kalau bisa di bawah itu. Lakukan penyederhanaan dan pemangkasan rantai pasok sehingga lebih efisien. Harga gas harus tetap menarik investor untuk investasi di sektor hulu serta mendukung pembangunan infrastruktur, transmisi, dan distribusi,” tegasnya.

Hadir dalam rapat terbatas tersebut di antaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman merangkap sebagai Plt Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, dan Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng.