Pesan Jokowi Kepada Relawan Sama Artinya Pepatah ‘Musuh Jangan Dicari, Ketemu Jangan Lari’

0
702
Eddy Santry Jurnalis di Perbatasan yang juga Sekertaris Almisbat Kaltara

Belakangan ini publik heboh dengan pernyataan beberapa pihak yang mengatakan pesan Presiden Joko Widodo kepada puluhan ribu Relawan di Sentul, Bogor pada Sabtu 4 Agustus 2018 lalu. Pesan Jokowi kepada relawan dianggap sebagai ucapan yang provokatif.

Diketahui, kala itu disela-sela pidatonya,Jokowi berpesan agar para Relawan untuk siap jika diajak berkelahi. Tak ayal, ucapan Jokowi tersebut dianggap oleh mereka yang selama ini berseberangan pandangan politik atau kebijakan dengan mantan Gubernur DKI tersebut, sebagai salah satu hal yang membahayakan.

Unggahan bernada kecaman untuk Jokowi pun berseliweran di lini masa para pengguna media sosial baik melalui akun resmi dan melalui akun anonim. Tak sedikit pula dari mereka yang menganggap ucapan Jokowi tersebut sebagai ajakan yang membahayakan.

Mereka mengangap kata-kata terbut tak pantas diucapkan oleh seorang Presiden. Beberapa pihak bahkan menganggap bahwa Jokowi sedang membangun kediktatoran melalui pemerintahan yang ia pimpin. Juga ada orang-orang dari partai tertentu menganggap ucapan Jokowi tersebut akan menjadi ilham bagi para pendukungnya untuk melakukan kekerasan.

Apakah ucapan Presiden Jokowi yang mengatakan “Jika ketemu musuh jangan takut untuk berkelahi” tersebut benar-benar ucapan yang mengandung ujaran kebencian atau ajakan pada tindak kekerasan? Dalam hal ini saya tidak dalam membela Jokowi secara pribadi, tetapi saya mengajak agar kita menjadi bangsa yang dewasa dalam menyikapi kejadian, cerdas dalam berfikir sehingga serta bijak dalam bertindak.

Menurut saya, Presiden Jokowi sama sekali tidak sedang atau ingin para pendukungnya (lebih luas kepada masyarakat Indonesia) melakukan kekerasan sebagaimana yang oleh beberapa pihak di tuduhkan kepadanya. Tapi dalam pendapat saya, ucapan Presiden Jokowi tersebut justru ajakan agar kita menjadi bangsa yang ksatria. Kata-kata untuk tidak takut bila diajak berkelahi dari Jokowi tersebut bukan berdiri sendiri. Tapi sebelumnya didahului dengan seruan untuk tidak mencari musuh.

Disini sebenarnya kita harus bijak menilai ucapan seseorang. Jangan karena ketidaksukaan kepada seseorang sehingga kita berani menyimpulkan sediri atau yang lebih parah kita ikut-ikutan menyalahkan hanya karena ingin dianggap sebagai seorang oposan.

Apabila kita mau sedikit saja berpandangan arif, sesungguhnya ucapan Presiden Jokowi yang dianggap kontroversial tersebut merupakan salah satu pepatah yang paling populer bagi bangsa Indonesia yakni “Musuh Jangan Dicari, Jika Ketemu Jangan Lari”.

Coba kita perhatikan secara utuh pidato Jokowi tersebut, maka kita akan dengar bahwa yang pertama disampaikan Jokowi adalah ‘jangan mencari musuh’ pesan tersebut dikuatkan lagi dengan ajakan ‘jangan menghujat dan mencela’ baru setelah itu Jokowi memberikan pesan penegasan ‘ kalau ketemu musuh,jangan takut bila diajak berkelahi’. Maka jika ucapan Jokowi itu dianggap salah dan dianggap provokatif, berarti kita juga harus berani mengatakan bahwa pepatah/semboyan hidup “musuh jangan dicari kalau ketemu jangan lari” itu juga salah.

Keengganan kita untuk mendengarkan atau menyimak sebuah ucapan secara utuh itulah sebenarnya awal dari kesalahan kita sendiri yang karena rasa kebencian kita pada si pengucap kata-kata itu sehingga secara keseluruhan sumber kesalahan kita lemparkan kepadanya. Begitupun dengan yang Jokowi alami saat ini, karena rasa kebencian terhadapnya maka akan sengaja dicari-cari titik letak kesalahan atau bila perlu ciptakan seolah-olah dia bersalah sebagai bahan agar Jokowi kelihatan berada dalam posisi yang salah.

Atau yang lebih memprihatinkan adalah sikap dari oknum-oknum tertentu yang sengaja mempolitisasi ucapan Jokowi tersebut menjadi bahan bully menjelang Pilpres 2019. Atau hanya karena rasa kebencian terhadap Jokowi sehingga tega memoles sedemikian rupa sebuah pesan kebenaran agar seolah-olah menjadi pesan kesalahan.

Dampak syahwat kebencian dari pihak-pihak yang tega mengolah susuka hati pesan kebenaran menjadi pesan kesalahan sesungguhnya cukup efektif untuk merusak moral anak bangsa. Buktinya, banyaknya para pengguna jejaring sosial yang justru tak mengetahui atau yang mengetahui tapi membodohkan diri dengan pura-pura tak mengetahui dari ucapan Jokowi itu, saat ini gencar mengunggah atau yang lebih miris turut serta membagikan postingan terkait kata-kata Jokowi tersebut dan hampir semuanya disertai dengan hujatan bahkan caci maki kepada Presiden.

(Penulis: Eddy Santry adalah Sekretaris Aliansi Masyarakat Sipil untuk Indonesia Hebat-Almisbat Kalimantan Utara)