Menteri Perindustrian (Menperin) Erlangga Hartanto meyakini, dengan kenaikan EODB dan peringkat Manufaktur Indonesia ke 9 dunia, akan mendorong peningkatan investasi dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Kenaikan inveatasi terjadi karena kondisi iklim investasi yang membaik.
Seperti diketahui, dalam laporan tahunan Bank Dunia terkait dengan tingkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business atau EoDB) 2018, peringkat EoDB Indonesia naik 19 peringkat dari posisi ke-91 menjadi posisi 72 dari 190 negara.
Selain itu, peringkat manufaktur Indonesia berada di peringkat 9 dunia, terutama untuk value added atau nilai tambah. Capaian ini sejajar dengan Brazil dan Inggris, bahkan lebih tinggi dari Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.
“Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara yang kontribusi industri manufakturnya cukup signifikan terhadap PDB,” imbuhnya.
Indonesia mampu menyumbangkan hingga mencapai 22 persen atau menempati posisi keempat di dunia setelah Korea Selatan (29 persen), Tiongkok (27 persen), dan Jerman (23 persen).
Pada kesempatan berbeda, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar, menjelaskan tentang penyerapan tenaga kerja dari sektor Industri. Ia mengatakan, berdasarkan, data BPS terkait jenis lapangan pekerjaan utama pada Februari 2017, sektor industri memberikan kontribusi sebesar 13,31 persen, atau sebanyak 16,6 juta orang dari total tenaga kerja 124,5 juta orang.
“Kontribusi tenaga kerja sektor industri didominasi oleh industri makanan sebanyak 3.316.186 orang atau sebesar 21,34 persen,” ujarnya. Kemudian, disusul industri pakaian jadi sebanyak 2.167.426 orang atau sebesar 13,95 persen, industri kayu gabus sebanyak 1.359.098 orang atau sebesar 8,98 persen, dan industri tekstil sebanyak 1.248.080 atau sebesar 8,03 persen.
Haris menegaskan, industri saat ini membutuhkan tenaga kerja terampil sesuai perkembangan teknologi terkini. Untuk itu, Kementerian Perindustrian tengah fokus dalam program pembangunan kompetensi sumber daya manusia melalui pelaksanaan pendidikan vokasi yang Link and Match antara Sekolah Menengah Kejuruan dengan industri.
“Kami juga telah melakukan pelatihan tenaga kerja industri dengan sistem 3in1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja) serta penyelenggaraan politeknik atau akademi komunitas di kawasan industri dan wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI),” paparnya.
Merujuk data Asian Productivity Organization (APO), produktivitas tenaga kerja Indonesia di kawasan Asia Tenggara dinilai cukup baik dibanding dengan negara ASEAN lainnya seperti Filipina, Laos, Vietnam, Myanmar dan Kamboja.
“Dalam meningkatkan daya saing, Kemenperin telah melakukan berbagai kebijakan untuk pembangunan industri nasional melalui pengembangan implementasi industri 4.0 serta pengembangan e-smart IKM,” imbuhnya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.