Selasa, 5 Desember 23

Peringatan Sumpah Pemuda di Nunukan, Dirayakan dengan Upacara di Hutan yang Terbakar

Ada yang menarik dalam peringatan Sumpah Pemuda di Nunukan. Sekumpulan pemuda/pemudi di Nunukan memperingati ikrar dalam konggres pemuda pada 28 Oktober 1928 untuk bertanah air satu, berbangsa satu dan menjunjung tinggi bahasa persatuan, yakni Indonesia, dengan menggelar upacara di Hutan Lindung  yang terbakar.

Mereka adalah aktivis lingkungan hidup dari berbagai elemen di Kabupaten Nunukan, yang wilayahnya berbatasan langung dengan Sabah-Malaysia. Peringatan ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan mereka terhadap semakian bekurangnya kawasan hutan lindung akibat perambahan hutan.

“Selain mengambil hikmah persatuan dari Sumpah Pemuda, kita juga ingin menanamkan semangat cinta lingkungan kepada generasi muda Nunukan terutama dalam menjaga kelestarian hutan,” ujar Koordinator Aksi, Febby, kepada Pewarta, Senin (29/10/2018) di Nunukan.

Karna menurut Febby, dari 2.800 hektar kawasan hutan lindung di pulau Nunukan, sekitar 900 hektar atau 30 persen lebih dari kawasan yang semestinya menjadi habitat flora-fauna dan sumber resapan air itu kini dibuka oleh pihak-pihak tertentu sebagai lahan perkebunan. Padahal menurut Febby, hutan lindung di Pulau Nunukan teramat penting keberadaaanya mengingat apabila musim kemarau sumber-sumber mata air yang menuju ke Embung penampungan air terus mengering.

“Embung itu adalah satu-satunya penampungan air bagi kebutuhan masyarakat yang tinggal di Pulau Nunukan. Kalau embung nya sampai kering lantaran tak ada mata air yang mengalir, apa tak menjadi petaka sendiri bagi masyarakat di Pulau Nunukan?” tandasnya.

Untuk itu Febby meminta kepada semua pihak agar dapat benar-benar menjaga keseimbangan alam demi menghindari hal-hal akibatnya hanya berakibat penyesalan seperti matinya sumber air maupun kekeringan. Menurut Febby, Pemerintah Daerah juga semestinya dapat bersikap tegas kepada para perambah hutan lindung.

“Selain kesadaran masyarakat, kami berharap Pemerintah dapat bersikap tegas kepada siapapun yang membuka hutan lindung seenaknya karena apabila terjadi bencana, bukan hanya si perambah hutan itu saja yang menanggungnya tapi seluruh masyarakat Nunukan,” pungkas Febby.

Aksi Peringatan Sumpah Pemuda di Hutan yang terbakar tersebut di iikuti elemen-elemen kepemudaan seperti Generasi Nunukan Hijau (GNH), The Nort Borneo Adventure (TNBA), Karang Taruna, Literasi Penekindi Debaya (LPD), Lingkar Seni Merah Satoe Nunukan, Mapala,SMA Ma’arif dan lainya. Kegiatan aksi dilakukan dengan kemah bersama, pengibaran bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan aksi tanam pohon secara simbolis.

Terpisah, Sekretaris Aliansi Masyarajat Sipil Untuk Indonesia Hebat (Almisbat) Kabupaten Nununan Taufiq Johan meminta kepada Pemerintah Daerah Nunukan disamping memberikan pendindakan tegas terhadap para perambah Hutan Lindung, juga meminta agar Pemkab Nunukan memberi perhatian lebih kepada para aktivis lingkungan tersebut.

Menurut Pria yang juga berkecimpung di berbagai kegiatan lingkungan dan sosial itu, selama ini Pemerintah Kabupaten Nunukan terkesan abai dengan keberadaan komunitas-komumitas lingkungan segingga dalam melakukan kegiatanya kadang para aktivis tersebut merogoh kocek pribadi dan patungan. Padahal, menurut Taufiq, apa yang dilakukan aktivis lingkungan tersebut sangat berdampak baik bagi masyarakat Nunukan.

“Seharusnya Pemkab Nunukan punya perhatian lebih pada para aktivis yang telah benar-benar tulus berbuat demi keseimbangan alam di Pulau Nunukan,” ujar Taufiq.

Selain itu, Taufiq menegaskan bahwa Pemuda juga merupakan soko guru sebuah bangsa. Seharusnya menurut Taufiq, ketika para pemuda sudah memberikan edukasi positif, Pemerintah juga cepat tanggap dan jangan terkesan tutup mata apalagi mengabaikan.

“Beruntung Nunukan punya komunitas-komunitas pencinta lungkungan seperti GNH,TNBA dan lain-lain. Kalau tidak, mau jadi apa alam dan hutan di Pulau Nunukan ini,” tutupnya.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait