Kecenderungan menggunakan partai politik (parpol) sebagai “perahu sewaan” oleh pihak eksternal partai untuk duduk di kursi kekuasaan legislatif maupun eksekutif, menurut Direktur Eksekutif Riset Indonesia, Toto Sugiarto, telah mereduksi peran dan fungsi parpol yang idealnya merupakan tempat untuk mencetak pemimpin-pemimpin bangsa.
“Parpol jangan hanya menjadi perahu sewaan yang dibayar oleh pihak tertentu untuk meraih kekuasaan. Parpol harus menjadi tempat untuk mencetak calon-calon pemimpin bangsa,” kata Toto Sugiarto dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (27/9).
Toto mengingatkan, minimnya kader partai yang menjadi calon kepala daerah di 101 Pilkada serentak 2017 harus menjadi evaluasi dan introspeksi parpol.
Selama ini, menurutnya, terlihat gamblang bahwa proses kaderisasi parpol belum berjalan maksimal sehingga banyak kader partai yang elektabilitasnya rendah.
“Kondisi ini merupakan akibat dari tidak berjalannya kaderisasi. Parpol minim kader berkualitas yang layak dimajukan ke arena kompetisi politik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Toto berharap, parpol harus bertindak sebagai tempat penggodokan calon para pemimpin bangsa, tidak hanya sebagai “perahu yang bisa disewa”.
Menurutnya, untuk menjadi tempat penggodokan yang ideal sebagaimana peran dan fungsinya, parpol perlu memperbaiki sistem rekrutmen dan kaderisasi.
Toto juga meminta parpol untuk membangun demokrasi di internalnya dan menghentikan berbagai praktik yang selama ini menghambat tumbuhnya peran parpol yang sebenarnya seperti nepotisme.
“Parpol perlu mendemokratisasi diri. Berbagai praktik nepotisme yang sekarang banyak terjadi harus dihentikan. Kegiatan-kegiatan seperti pendidikan politik, sekolah partai, kaderisasi secara berjenjang, dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas dan integritas kader perlu ditingkatkan lagi,” pungkas dia.