Rabu, 27 September 23

Pasca Bentrokan, Situasi Tapsel Kondusif

Pasca peristiwa bentrok antar warga bernuansa SARA, pihak kepolisian menjamin situasi keamanan di perbatasan antar kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) sudah kondusif.

Kapolres Tapanuli Selatan AKBP Rony Samtana mengatakan, pihak aparat menjamin kondisi keamanan di perbatasan Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal.

“Kepada warga, silakan bekerja sesuai usahanya, seraya mengihimbau agar jangan muda terprovokasi dan mengecek ulang kebenaran kepada pihak aparat setempat, jangan mentah-mentah menerima informasi yang tidak jelas,” himbaunya.

Ia manambahkan, kesepakatan sudah dibangun menjadi komitmen bersama antar masyarakat di dua Kabupaten itu.

Sebelumnya, untuk mencegah meluasnya kerusuhan di Tapanuli Selatan, sejak Selasa (20/9) kemarin, ratusan aparat personil gabungan TNI dan Polri masih disiagakan menjaga perbatasan antara Tapanuli Selatan-Madina, Provinsi Sumatera Utara.

Menurut Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Rina Sari Ginting, pengamanan dilakukan untuk mencegah bentrok susulan antar warga yang diduga dipicu oleh postingan status provokatif bernuansa SARA melalui akun facebook.

Ditambahkan Rina, personil yang disiagakan di perbatasan itu berjumlah 630 orang yang berasal dari Polres Tapanuli Selatan (100 personil), Polres Mandailing Natal sebanyak 100 personil, Polres Kota Padangsidempuan (30 personil), Brimob Den C Maragordong Sipitok sebanyak 250 personil, dan TNI AD/Kodim 0212/TS sebanyak 150 personil.

Seluruh personil berada di bawah kendali Kapolres Tapanuli Selatan dan Kapolres Mandailing Natal.

“Penjagaan dilakukan tepatnya di Desa Aek Badak Julu, Desa Aek Badak Jae, dan Desa Huta Pardomuan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama dari masing-masing desa,” kata Rina Sari, Selasa.

Tokoh-tokoh masyarakat dan agama tersebut, sambung Rina, dikumpulkan untuk bersama-sama melakukan pencegahan agar tidak timbul bentrok susulan.

“Kita imbau masyarakat untuk tidak memprovokasi berbau SARA, dan masyarakat juga jangan mudah terpancing dengan provokasi melalui medsos (media sosial),” pintanya.

Seperti diketahui, kerusuhan berbau SARA di Tapanuli Selatan, Senin (19/9) malam, berawal saat masyarakat Desa Sihepng, Kecamatan Siabu, Kabuaten Madina keberatan dengan postingan status yang dianggap menghina agama tertentu melalui akun facebook TDS, warga Desa Aek Badak Julu, Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan.

Saat itu, ratusan massa menyerang Desa Huta Pardomuan, namun penyerangan itu berhasil dihalau personil Polres Mandailing Natal. Namun, sekira pukl 22.30 WIB, warga Desa Aek Badak Julu tiba-tiba ikut menyerang Desa Huta Pardomuan karena terprovokasi oleh pergerakan warga Desa Sihepeng.

Akibat peristiwa itu, empat orang mengalami luka-luka dan empat rumah rusak berat.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait