Isu SARA (Suku Agama Ras) yang belakangan ini kerap jadi alat politik atau tujuan sejumlah kelompok memuluskan tujuannya menjadi latar belakang dibidaninya Forum Nasional (Fornas) Bhineka Tunggal Ika yang dideklarasikan Jumat (2/6/2017). Bertempat di Kedai Tempo, Utankayu, JakartaTimur, sekitar 150 mantan aktivis 98 membentuk organisasi pengawal Pancasila untuk menentang aksi gerakan intoleran.
Kepada awak media, Ketua Nasional Fornas Bhineka Tunggal Ika, Syaiful Rohim mengatakan, Fornas Bhineka Tunggal Ika hadir sebagai bentuk kepedulian putra bangsa, untuk kembali membumikan nilai-nilai kebhinekaan dan Pancasila. Syaiful berharap, eksistensi organisasi yang dipimpinnya bisa menghadang kelompok anti pancasila.
“Fornas Bhineka Tunggal Ika ini berisikan para pemuda yang sadar, dan berkomitmen kepada Indonesia yang Asli. Indonesia yang kembali pada Pancasila, UUD 1945, NRKI, serta Bhineka Tunggal Ika,” ujarnya usai acara deklarasi.
Dia juga mengatakan, Fornas Bhineka Tunggal Ika yang sudah terbentuk di 18 kota di Jakarta, dan Jawa Barat tersebut, kedepan juga akan dibentuk di tiap propinsi.
“Kami akan berkomitmen penuh merawat dan menjaga ideologi Pancasila. Harus diingat bahwa bangsa ini merdeka melalui perjuangan seluruh elemen bangsa. Fornas Bhineka Tunggal Ika punya posisi strategis. Mereka yang di daerah adalah garda terdepan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila,” jelas dia.
Fornas, sambungnya, juga siap bekerja sama dengan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk membumikan Pancasila di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian setiap upaya yang ingin menggoyang keutuhan NKRI tidak akan mendapat tempat di tengah masyarakat.
“Kami juga mendukung keputusan pemerintah membubarkan organisasi kemasyarakatan (ormas) radikal, intoleran, serta kelompok-kelompok yang berniat mengganti Pancasila, UUD 1945, dan NKRI,” ucap Syaiful.
Hal senada diutarakan Seknas Bhineka Tunggal Ika, Taufan Hunneman. Taufan menjelaskan bahwa organisasi ini didirikan oleh orang-orang dari beragam suku, agama dan ras, dengan berbagai profesi serta latar belakang.
“Sejauh ini 18 simpul wilayah telah terbentuk. Antara lain di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Bogor, Bandung, Depok dan Bekasi. Lalu di Balikpapan, Temanggung/Semarang, Malang, Tangerang, Denpasar, Garut, Surabaya, Jayapura dan Tasikmalaya,” beber Taufan yang juga mantan aktivis 98 ini.
Taufan menjelaskan, pihaknya mendukung penuh pemerintahan saat ini. Pemerintah yang notabene terpilih dengan proses demokrasi yang sah. “Kami mendukung penuh pemerintah yang sah yang terpilih berdasarkan proses demokrasi,” ujarnya.
Sementara, Pembina Fornas Bhineka Tunggal Ika, Sugeng Teguh Santoso mengajak siapapun untuk bersama menentang gerakan radikal yang bersebrangan dengan Pancasila.
“Sekarang saatnya berbuat, tidak hanya sekedar berwacana atau berdiskusi. Selama ini Pancasila sudah diuji. Dibeberapa daerah, aksi intoleran terjadi. Dan, itu harus dibendung. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika selama ini sudah menjamin keragaman dan persatuan bangsa. Pancasila juga sudah membuktikan menjadi perekat. Jika digantikan dengan ideologi lain, tidak bisa dibayangkan, tentu akan mengancam NKRI,” pungkasnya.