Setelah Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat resmi mendaftar ke KPU DKI Jakarta sebagai pasangan calon (paslon) dari PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem, perebutan tampuk kekuasaan semakin menarik di Jakarta.
Menurut Osmar Tanjung, Ahok-Djarot sebagai petahana, adalah calon yang ideal dan tepat dalam rencana PDI Perjuangan menguasai Jawa. Jakarta sebagai ibukota negara adalah barometer politik dan kesuksesan partai dalan persiapan Pileg dan Pilpres tahun 2019.
“PDI Perjuangan sebagai pengusung Ahok-Djarot didukung Hanura, Golkar dan Nasdem, masih harus siaga menunggu paslon lain dari partai lainnya, tambah Osmar selaku Pengurus Komite Penggerak Nawacita,” kata Osmar di Jakarta, Kamis (22/9/2016).
Namun, Osmar menilai partai lain yang bisa jadi lawan berat Ahok-Djarot adalah gabungan partai sisa yang dimotori Prabowo dan SBY. Tapi dua motor ini akan sulit bergabung karena beda strategi dan beda karakter.
“Ada kecendrungan Prabowo buat porosnya sendiri dan begitu juga SBY,” tambah Osmar.
Pertanyaannya, siapa paslon yang akan diusung keduanya?
Ahok-Djarot sebagai petahana, sambungnya, adalah lawan berat. Hanya dua orang yang bisa menandingi kepopuleran Ahok menurut Osmar, yakni Rizal Ramli dan Anies Baswedan. Namun menyatukan keduanya juga sulit karena keduanya punya nama besar.
Bagi Osmar, Anies yang pernah ikut konvensi Partai Demokrat lebih cocok diusung oleh Poros SBY. Sementara poros Prabowo lebih cocok mengusung Rizal Ramli.
“Jika ini terjadi tinggal memikirkan pasangan masing-masing. Pilihannya juga tidak banyak. Ada Sandiaga, Boy Sadikin, dan Puti Guntur Soekarno,” ujarnya.
“Mengingat Boy Sadikin hendak mengundurkan diri dari PDI Perjuangan karena mengusung Ahok, maka sebaiknya Rizal Ramli menimbang Boy sebagai Cawagubnya. Dua pasangan ini akan sangat ideal membangun Jakarta karena keduanya faham dan mampu melaksanakan Tri Sakti Bung Karno,” tutup Osmar Tanjung.