Jumat, 24 Maret 23

Nuansa Bali Tanpa Harus ke Pulau Dewata

Nuansa Bali, terasa kental di Pura Agung Parahyangan Jagatkarta. Sebuah tempat ibadah umat Hindu yang berlokasi di kaki gunung Salak, Ciapus Bogor. Pura ini merupakan pura terbesar kedua di Indonesia. Perpaduan keindahan alam, dan banyaknya ornamen arca membuat pengunjung seolah berada di Pulau Dewata.

Aturan Pura Jagatkarta
Aturan Pura Jagatkarta

Tidak dikenakan biaya bagi pengunjung yang ingin masuk ke lingkungan pura, tapi beberapa peraturan harus ditaati, misalnya saja soal aturan berfoto. Pura Jagatkarta dengan udara yang sejuk serta latar pemandangan gunung salak yang megah memang jadi pemandangan yang luar biasa untuk dinikmati. Tidak heran banyak pengunjung yang berfoto dengan latarbelakang  bangunan pura yang megah.

Bagi pengunjung dari luar Kota Bogor, tidak sulit untuk mencapai ke lokasi tersebut. Jika mengguakan transportasi kereta atau bus, hanya tinggal menuju menuju Bogor Trade Mall (BTM). Seterusnya, cukup merogoh kocek ongkos Rp5000 dengan tujuan Warung Loa, Tamansari. Angkutan kota (angkot) berwarna biru nantinya akan berhenti persis di pertigaan Plang Pura Jagatkarta.

Jika menggunakan kendaraan pribadi, membutuhkan waktu sekitar 60 menit untuk sampai di tujuan. Setiba di Warung Loa, akan ditemui ditemui plang penunjuk arah pertigaan Pura Jagatkarta. Gerbang ke kawasan tempat ibadah umat Hindu berdiri tegap menyambut para tamu yang datang.

Untuk memasuki kawasan Pura para pengunjung tidak dikenakan tarif masuk, hanya saja bagi yang ikhlas berbagi dapat memberi sekadarnya untuk pelestarian Pura. Para pengunjung umumnya dilarang masuk ke pura utama kecuali bagi yang hendak melakukan ritual ibadah ataupun berdo’a. Apalagi, pada saat – saat tertentu hari raya umat Hindu.

Pura ini selalu ramai dikunjungi para jemaat untuk melakukan ibadah. Tidak hanya dari lingkungan Jabodatebek, bahkan dari Jawa Tengah hingga Sumatera. Sejak pertama kali dirintis dibangun 1995, Pura Jagatkarta tidak hanya menyuguhkan keindahan yang luar biasa, namun juga kesejukan dan  nuansa Bali.

“Di pura ini, pengunjung harus menjaga kebersihan, ketertiban serta sopan santun. Karena, lokasi ini disucikan. Pengunjung juga diwajibkan untuk menggunakan salempot alias selendang berwarna kuning. Makna dari kain ini adalah selain untuk menghormati kesucian pura serta sebagai pengikat niat-niat buruk,” tukas Wayan Nyoman kepada indeksberita.com, Minggu (28/2/2016).

Pemilihan Kampung Warung Loak, Desa / Kecamatan Taman Sari, Kabuparten Bogor sebagai tempat berdirinya Pura Parahyangan Agung Jagatkarttya disebutkan sebagai penghormatan terhadap Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran agama Hindu di Tanah Sunda. Selain itu, lokasi ini juga dianggap sebagai petilasan Prabu Siliwangi sebelum akhirnya Ngahyang atau menghilang alias Moksa dari muka bumi. (eko)

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait