Tuntutan hidup serta tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, membuat ribuan orang mengadu nasib ke Negeri Jiran Malaysia. Rasa tanggung jawab untuk menafkahi anak istri di Indonesia kadang membuat para TKI di Negeri Sabah ini terpaksa mengambil pekerjaan yang rawan dengan resiko. Salah satunya adalah menjadi nelayan, tanpa mendapat jaminan keamanan dari majikannya.
Menjadi nelayan merupakan pekerjaan yang penuh resiko, menjadi korban perampokan dan penculikan sudah tak asing lagi untuk para nelayan di Negeri Sabah ini. Contohnya, belum lama ini terjadi, nasib naas dialami oleh La Hadi bin La Adi (Kapten kapal nelayan SN 1154/4 F) dan La Utu bin La Raali (Kapten kapal nelayan SSK 00520) yang di culik oleh sekelompok perompak bersenjata di kawasan Perairan Kertam, Kinabatanan Sabah Malaysia pada hari Sabtu (5/11/) lalu. Tetapi resiko yang besar tersebut tidak menyurutkan niat para nelayan untuk tetap melaut.
Hendrikus, La Udin dan Matias, WNI yang berprofesi sebagai nelayan saat ditemui indeksberita.com di Pelabuah Tanjung Batu Laut, Tawaw, Sabah-Malaysia (9/11), tampaknya tidak begitu kaget dengan kejadian perampokan dan penculikan yang dialami oleh 2 orang nelayan tersebut. Rasa kekhawatiran akan bahaya yang setiap saat menimpa mereka, tertutup oleh bayangan hasil tangkapan yang melimpah untuk menafkahi keluarganya di Indonesia.
“Sebetulnya kami juga khawatir seandainya nasib yang dialami mereka (Korban Perampokan-Red) itu menimpa kami. Tapi mau diapa, ini cara kami satu-satunya yang kami bisa untuk mendapatkan uang. Di Indonesia kami tak punya perlengkapan untuk melaut sedangkan keahlian kami cuma sebagai nelayan.” ujar Matias
Ia menambahkan seandainya pemerintah Indonesia dapat menyediakan perlengkapan untuk melaut, pasti ribuan orang yang selama ini berprofesi denganya akan pulang dan akan melaut di perairan Indonesia.
“Disini itu rawan, perampok bersenjata sudah hal yang tak asing buat para nelayan. Kalau ketemu mereka, ya kita lawan. Kalau bukan mereka yang jadi korban, ya kita lah yang akan menjadi korban” ucapnya.
Ribuan WNI yang berprofesi sebagai nelayan memang dibenarkan oleh Ketua Satgas Perlindungan WNI/TKI Konsulat Jenderal RI Kota Kinabalu Negeri Sabah. Hadi melalui pesan singkatnya mengatakan bahwa hampir sekitar 7.000 WNI yang menjadi TKI di Negeri Sabah, bekerja di Malaysia sebagai nelayan.
“Sekitar 7.000 WNI yang bekerja di Sabah ini sebagai nelayan dengan majikan warga negara Malaysia. Sebagian besar nelayan tersebut berasal dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Keberadaan WNI yang menjadi nelayan di Malaysia sudah berlangsung sejak lima tahun lalu yang kemungkinan direkrut khusus dari segi pengalamannya menangkap ikan” Ungkapnya.
Menurutnya ribuan TKI yang menjadi nelayan di Negeri Sabah ini menyadari keselamatan jiwanya akibat maraknya penculikan oleh kelompok tak dikenal. Namun tidak ada pilihan lain menafkahi anak dan istrinya. Hanya saja, WNI tersebut mengaku merantau menjadi TKI, akibat tidak memiliki perahu dan perlengkapan alat tangkap ikan di kampung halamannya.
Senada dengan Hadi, seorang nelayan juga mengatakan bahwa mereka pasti akan pulang seandainya Pemerintah Indonesia menyediakan alat tangkap ikan untuk mereka.
Ya Allah !!
Harus sd sikap yg tegas dari pemerintah Indonesia dgn Malaysia menyangkut hal ini. beberapa hari lalu ad 6 TKI yg di culik,skrg 2 besok brp?
mgkin pak Jokowi lupa bahwa mereka adlh rakyat indonesia.
kejadian sperti ini mestinya tak perlu terjadi kalau pemerintah indonesia dan malaysia dpt lakukan patroli bersama
Emergency
intelejen negara kita mesti memiliki mata dan telinga yang lebih peka lalu memberikan pengetahuan soal proteksi gangguan dari perompak jahat macam ini… bukan hanya di dalam negeri. tapi, juga kepada mereka yang jauh dari rumah… maju!!!
ini bukti kegagalan deplomasi Pemerintah indonesia atas penculikan WNI yang dilakukan oleh kelompok abu sayab beberapa bulan lalu.Termasuk kegagalan kedutaan indonesia di malaysia menjalin kerjasama dibidang ketegakerjaan khususnya dalam hal memberikan perlindungan TKI kita di luar negeri
sudah sering terjadi… tapi dicuekin…..
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.