Pemilih milenials adalah generasi yang lahir jelang milenium ke dua (itu mengapa disebut milenial), yaitu lahir di atas tahun 1980-an hingga tahun 2000 (saat ini usia mereka antara 18-38 tahun). Generasi ini lahir pada saat TV berwarna, handphone juga internet sudah diperkenalkan. Sehingga ciri khas generasi ini adalah sangat bersahabat dengan teknologi informasi.
Dalam konteks pilpres, pemilih milenials menentukan kemengan, karena jumlahnya yang besar. Pemilih pemula saja (usia 17-21 tahun) dari data Foxpop Center proporsinya sudah 40% dari jumlah pemilih, apa lagi pemilih milenial yang rentang usianya lebih lebar, tentu lebih besar lagi.
Belakangan ini, dalam konteks kontestasi pilpres, ada temuan survey yang menyebutkan bahwa Jokowi-Ma’ruf Amin lebih unggul dari pasangan Prabowo-Sandi di segmen pemilih ini. Banyak yang mencemooh temuan itu. Yang mencemooh mungkin membandingkannya dengan usia Ma’ruf Amin yang usianya sudah sepuh.
Jika memperhatikan definisi milenials dengan baik, dan membandingkannya dengan temuan survey tadi, seharusnya mereka tidak perlu kaget apalagi mencela temuan tersebut. Saya yakin yang tidak percaya/mencela temuan itu, pikirannya sudah terjebak pada kesan, bahwa istilah milenial itu hanya cocok untuk generasi muda klas menengah perkotaan.
Karena generasi ini ciri khasnya, selain usia, adalah mereka yang tidak asing dan penikmat teknologi informasi, maka kita harus lihat bagaimana penggunaan internet di Indonesia. Internet di Indonesia sudah merambah di hampir semua wilayah (baik wilayah perkotaan maupun pedesaan). Provider ponsel juga kreatif membuat paket data yg harganya terjangkau, sehingga internet juga bisa terjangkau untuk seluruh strata ekonomi.
Melihat fakta itu, maka generasi milenial tidak bisa hanya dibatasi pada klas menengah perkotaan. Mereka yang berusia 18-38 tahun dan memiliki akun sosial media adalah kelompok milenial. Kalangan muda seperti itu, ada di perkotaan, di desa, atau di pesantren-pesantren. Dan kelompok muda di pedesaan dan pesantren yang mayoritas berkultur NU tentu tidak asing dan sangat mungkin mengidolakan Ma’ruf Amin. Itu penjelasannya mengapa sangat mungkin Jokowi-Maruf Amin menang di kelompok Milenial.

Penulis Teddy Wibisana, Penggiat Sosial dan Dewan Pertimbangan Almisbat