Bertempat di Hotel Rancamaya, Ciawi, Kabupaten Bogor, Muktamar Ulama ASEAN dan Timur Tengah membahas Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme. Acara ini dihadiri ulama muda dari negara-negara Association of Southeast Nations (ASEAN) dan Timur Tengah, serta Ketua MPR Zulkifli Hasan, Jumat (7/4/2017). Konfrensi Persatuan Ummat dan Sunah ini rencananya akan digelar hingga Minggu (9/4/2017).
Ketua Penyelenggara Konferensi Persatuan Umat, Yusuf Utsman Baisa dalam pernyataannya mengatakan, mukatamar tersebut dihelat untuk menentang paham radikalisme dan menyampaikan pesan damai.
“Konferensi ini untuk menghadang pemikiran ekstremisme dan radikalisme. Selain itu, juga untuk persatuan ulama baik dari ASEAN serta Timur Tengah untuk memberantas pemikiran tersebut melalui cara-cara legal,” kata Yusuf.
Disampaikannya, aksi kekerasan atau radikaslime bukan menjadi ajaran Islam. Konferensi tersebut, lanjutnya, ingin menyampaikan kepada dunia bahwa Islam merupakan agama Rahmatan Lilalamin yakni membawa rahmat bagi semua. Adanya faham radikalisme, terorisme dan ekstrimisme sebagai akibat dari kebodohan atas ajaran Islam yang salah. Muktamar ini juga berharap agar konflik di Timur Tengah juga diakhiri.
“Karena kebodohan tidak mengerti soal Islam, sehingga terjadi kesalahpahaman, menampilkan sosok yang tidak Islami. Melalui konferensi ini, kami membahas itu, dan menampilkan Islam yang sesungguhnya yang mengajarkan kasih sayang. Kami juga berharap konflik yang terjadi di negara Timur Tengah, seperti di Palestina, dapat segera terselesaikan,” tuturnya.
Muktamar ini merupakan yang pertama kali digelar di Indonesia. Puluhan perwakilan para ulama dan pegiat dakwah dari berbagai organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, Perhimpunan Al-Irsyad, Persis, MUI, ANNAS dan lainnya terlihat hadir. Selain itu, juga perwakilan ulama dari Filipina, Thailand, Singapura, Mesir, mantan staff ahli PBB, Persis dan ketua parlemen Uni Eropa. Hasilnya, nanti akan diserahkan ke pemerintah.
Pada kesempatan itu, Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam sambutannya mengatakan, persatuan kaum muslimin, khususnya di Indonesia, merupakan perkara yang sangat penting.
“Jika 80% kaum muslimin yang ada di Indonesia tidak bisa bersatu, maka jumlah mayoritas yang seperti ini tidak akan bisa dikonversi menjadi kekuatan ekonomi,” kata Ketua MPR.