
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman Amran menyayangkan adanya pihak termasuk akademisi dan politisi yang belum paham arti swasembada dan status swasembada Indonesia yang sebenarnya. Menurut Amran, Indonesia dalam masa Pemerintahan Jokowi-JK telah mencapai swa sembada beras.
“Ketetapan FAO tahun 1999, suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional,” ujar Amran dalam keterangan tertulisnya, Minggu (24/2/2019).
Lebih lanjut Amran menjelaskan, dari tahun 2016 sampai 2018 beras untuk masyarakat surplus. Pada 2016 dan 2017 tidak ada impor dan kalau terjadi impor pada tahun 2016 menurut Amran adalah karena limpahan impor 2015.
“Kemudian 2018 beras surplus 2,85 juta ton. Ini berdasarkan data resmi dari BPS, adapun impor 2018 sebagai cadangan,” paparnya.
Bahkan menurut Amran ada hal yang menarik dan masyarakat mesti tahu terkait swa sembada yang saat ini dibandingkan dengan Orde Baru. Amran mengungkapkan, bahwa di tahun 1984 jumlah penduduk Indonesia 164 juta jiwa, sementara sekarang mencapai 260 juta jiwa. Artinya naik dua kali lipat.
“Dengan demikian, masalah swasembada beras sudah selesai. Ini yang harus dipahami, supaya masyarakat tidak dibuat bingung,” tandasnya.
Amran juga mengungkapkan bahwa stok beras sebagai cadangan saat ini 2 juta ton. Cadangan tersebut, ungkapnya, apabila stok intinya tidak ada masalah baik terpakai atau tidak dipakai. Jika seharusnya cadangan beras nasional 1 juta ton sedangkan saat ini ada 2 juta ton, menurut Amran, artinya cadangan beras untuk masyarakat sekarang 2 kali lipat.
Lebih jauh Pria asal Sulawesi Selatan tersebut mengungkapkan, berdasarkan data BPS, stok beras yang berada di rumah tangga mencapai 8 sampai 9 juta ton. Dengan demikian, jika ditambah stok beras di Bulog 2 juta ton, stok beras nasional saat ini mencapai 10 sampai 11 ton. Jika konsumsi beras nasional 2,5 juta ton, artinya stok beras yang kita punya bisa mencukupi kebutuhan selama empat bulan.
“Kita masih punya produksi padi dari standing crop atau yang tanaman padi yang berdiri hari ini 3,88 juta ha, jika produktivitas 5,3 ton per ha, menghasilkan beras 20 juta ton gabah kering giling, kalau dibagi dua, menghasilkan beras 10 juta ton. Total beras ini mampu mencukupi kebutuhan empat bulan. Dengan demikian, stok beras aman hingga 8 bulan ke depan,” tegas Amran.
Amran juga menegaskan, Kementan terus mendorong transformasi pertanian dari pertanian tradisional ke pertanian modern. Dengan modernisasi target peningkatan produksi hasil pertanian menjadi lebih visibel untuk diwujudkan.
“Artinya setiap hari terjadi olah tanah, tanam dan panen. Jangan dibayangkan pertanian Indonesia seperti 30 tahun lalu. Makanya penduduk 2 kali lipat dari 1984, kita bisa memberi makan,” tutupnya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.