Minggu, 24 September 23

Menlu Retno Berang, WNI Kembali Menjadi Korban Penculikan Di Sabah

Penculikan yang dialami oleh Dua WNI yakni La Utu bin La Raali (kapten kapal nelayan SSK 00520) dan La Hadi bin La Adi (kapten kapal nelayan SN 1154/4 F) di Terumbu Pegasus, Perairan Kertam, yang berada di sekitar 13-15 Nautical Mile dari Muara Kuala Kinabatangan, Perairan Sabah, Malaysia, pada hari Sabtu (5/11/) menjadi perhatian serius Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. Menlu Retno menyampaikan keprihatinanya atas tragedi penculikan terhadap WNI yang sering terjadi di wilayah Sabah, Malaysia. Retno meminta ketegasan sikap Pemerintah Malaysia dalam peristiwa ini. Hal ini diutarakan pada pertemuannya dengan Menteri Besar Sabah, Dato Musa Aman yang didampingi Komandan Eastern Sabah Security Command (Esscom), Mayjen Wan Abdul Bari di Kota Kinabalu Negeri Sabah Selasa (08/11).

“Saya meminta kepada agar pemerintah Malaysia memberikan jaminan keamanan kepada ribuan WNI yang berprofesi sebagai nelayan pada kapal-kapal milik warga Malaysia di Negeri Sabah ini.” katanya.

Menanggapi permintaan pemerintah Indonesia tersebut, Menteri Besar Sabah, Dato Musa Aman mengaku memahami keinginan Indonesia terhadap warganya di negara itu.

raw-1
“Kami sangat paham keprihatinan pemerintah Indonesia terhadap kejadian perampokan, penembakan dan penculikan terhadap WNI di Sabah,” ujar Musa Aman yang diamini Mayjen Wan Abdul Bari.

Untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya kasus serupa, perwakilan pemerintah Indonesia dengan Malaysia sepakat meningkatkan mekanisme pengamanan kawasan perairan dengan berbagai pendekatan seperti kewajiban
penggunaan AIS (Automatic Identification System). Selain itu upaya  memaksimalkan sosialisasi pengamanan pelayaran kepada majikan dan ABK, dengan membangun mekanisme quick response yang lebih baik lagi serta membuat safety point pada sejumlah pulau kecil disekitar perairan Negeri Sabah.

Seperti salam pemberitaan indeksberita.com sebelumnya, ada hampir 4.000 TKI yang menjadi nelayan di Sabah-Malaysia dan bekerja pada para pemilik kapal Warga Negara Malaysia atau yang biasa disebut Tauke atau Boss. Mereka bekerja dengan penuh resiko, tanpa jaminan pengamanan yang memadai.

Menyikapi hal tersebut, indeksberit.com berusaha menemui salah seorang Pemilik Kapal, namun sampai saat berita ini diturunkan Pemilik Kapal tersebut selalu menghindar.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait
  1. tauke atau boss kapal itu mestinya tidak melakukan “pemaksaan” pada nelayan untuk melaut dengan target-target tertentu dalam pencapaian target tertentu. itu bisa berakibat pada penyabungan nyawa WNI yang bekerja disana