JOGJA – Dalam pidato pembukaan Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) DIY 2016, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo memberi apresiasinya kepada pemerintah provinsi DIY karena penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berjumlah 90% pada tahun lalu, yaitu berkisar lebih dari 420 triliun.
Tidak hanya pada tingkat provinsi, Mendagri juga memberikan apresiasinya pada kabupaten dan kota yang penyerapan APBDnya di atas 80% sedangkan untuk APBN–nya berkisar 60-70% di periode yang sama. Apresiasi tersebut diberikan karena dengan penyerapan APBD dan APBN yang maksimal, maka akan meminimalisir jumlah penumpukan dana dari berbagai sektor di beberapa daerah. Tjahjo juga menambahkan bahwa hal yang Ia anggap prestasi ini harus ditiru, tidak hanya pada skala provinsi lain, namun juga kabupaten, kota hingga kecamatan lainnya.
“Kekhasan Gubernur DIY (baca- Hamengku Buwono X) itu kan setiap tiga bulan sekali beliau ngontrol. Baik penyerapan anggarannya berapa, bupati, walikota bagaimana kabarnya.
Mungkin di Jogja semakin ke depan semakin baik, baik dari sinergitas dan konektifitas untuk dibangun fungsi kontrolnya,” tambah Tjahjo.
Tidak jauh berbeda dengan Sofyan Djalil dalam pidato sebelumnya, Mendagri juga menambahkan bahwa perancangan skala prioritas perencanaan pembangunan di DIY merupakan hal yang juga harus dipertimbangkan dalam Musrenbang 2016, tidak hanya DIY, namun juga daerah lain. Melihat bahwa tingkat kunjungan pariwisata yang menurutnya menurun, hal tersebut bukanlah acuan utama dalam menyerap APBD. Masih ada pendidikan yang harus diperhatikan, ketimpangan sosial antar wilayah, narkoba dan lainnya.
“Kalo kata pak Gubernur, yang penting kost–kost –anya banyak, di DIY paling enak. Nah itu di wilayah pendidikan. Sekarang banyak turis dari Bali sebelum ke Jakarta, mampir dulu ke Jogja. Makan siang gudeg, jalan – jalan lihat – lihat batik, keraton, sore atau malam balik ke Jakarta. Nah sekarang baru kita pikirkan bagaimana caranya mereka bermalam,” jelas Tjahjo Kumolo.