
Ratusan orang dari berbagai elemen yang terdiri dari Pelajar SMU, Mahasiswa, Aktivis Sosial hingga pelaku UMKM terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan literasi digital di Nunukan, yang diadakan di ruang pertemuan di Lt 5 Kantor Bupati Jl Ujang Dewa/Sedadap Nunukan, Rabu (28/11/2018). Peserta tampak menyimak pemaparan dari para pemateri dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan.
Acara dibuka oleh Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid. Dalam sambutanya, Laura Hafid sangat mengapresiasi program kegiatan yang juga bekerjasama dengan Founder Indonesia Women IT Awereness tersebut. Menurut Laura, saat ini digitalisasi tak bisa ditolak. Pasalnya, sejalan dengan modernisasi, penggunaan media berbasis internet sudah merambah disegala lini.
“Tak bisa dipungkiri, kita saat ini memasuki era digital dan penggunaan internet juga sudah menjadi bagian dari berbagai pelayanan publik maupun bidang usaha lainya. Tapi tak jarang internet juga menjadi sarana penyebaran konten negatif. Inilah yang harus diantisipasi,” kata Laura.
Melalui pelatihan literasi digital, Laura berharap masyarakat Nunukan akan semakin cerdas dan bijak dalam menggunakan internet terutama penggunaan media daring. Kejadian penembakan di Madura beberapa waktu lalu juga menjadi perhatian sendiri bagi Bupati berparas cantik tersebut. Untuk itu ia mewanti-wanti kepada masyarakat Nunukan agar menghindari dalam unggahan yang berpotensi memecah belah persatuan.
“Kejadian penembakan beberapa hari lalu hanya karena terkait status media sosial tentang Pilpres. Untuk itu kapada masyarakat Nunukan saya berharap dapat menghimdari postingan adu domba dan teliti dulu sebelum sharing sebuah berita yang belum jelas sumbernya,” tandasnya.

Senada dengan Laura, Kepala Bidang Kesetaraan Gender dan Insfratruktur Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Ari Razmara menuturkan bahwa saat ini perempuan terutama ibu-ibu rumah tangga bukan hanya sekedar cukup menjadi pengawas anak-anak dalam menggunakan media, namun juga harus mampu pula menggunakan media berbasis internet sebagai penyeimbang dari aktivitas anak-anaknya tersebut.
“Contohnya, kalau kaum perempuan terutama ibu-ibu tak tak mampu menggunakan media sosial, lantas bagaimana ia dapat mengawasi si anak tersebut?,” ujar Ari
Sementara itu Founder Indonesia Women IT Awereness Martha Simanjuntak mengungkapkan bahwa dengan adanya literasi digital tersebut, ia berharap perempuan di Perbatasan dapat menjadi organ bangsa yang berdaya saing. Untuk itu ia menegaskan bahwa pihaknya akan selalu sedia program-program serupa kedepan.
“Kedepan kita akan lakukan di Sebatik dan wilayah -wilayah lain di Kabupaten Nunukan selama wilayah tersebut terkoneksi dengan jaringan internet,” ungkap Martha.
Namun walau wilayah tersebut belum mengalami kelancaran dalam akses internet, lanjut Martha, tak tertututup kemungkinan program serupa tetap dapat dilaksanakan. Ia mencontohkan, di Lumbis Ogong mungkin signal masih tak menentu, tapi bisa saja program literasi digital tersebut dilaksanakan di wilayah yang jaringan internetnya sudah dapat diakses.
“Tetap dapat dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan. Ya, kalau daerah tersebut belum terjangkau signal, seharusnya ini menjadi tugas semua pihak terutama swasta (perusahaan investor diwilayah tersebut) untuk lebih berkonstribusi terhadap pelayanan daerah itu, termasuk fasilitas komunikasi atau internet,” pungkasnya.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.