“Masih banyak sumber-sumber kita, sehingga kita memang belum masuk ke pembangkit listrik tenaga nuklir. Tetapi dalam pendalaman untuk kajian-kajian ke sana memang sudah dimulai , tetapi kita memang belum memutuskan itu”
Lhokseumawe – Karena Indonesia masih memiliki banyak sumber energi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) belum perlu dilakukan dalam waktu dekat.
Sumber energi tersebut, kata Jokowi, tidak hanya batubara, tapi juga energi terbarukan seperti geothermal, hydro, ombak, angin, juga matahari dengan solar-cell.
“Masih banyak sumber-sumber kita, sehingga kita memang belum masuk ke pembangkit listrik tenaga nuklir. Tetapi dalam pendalaman untuk kajian-kajian ke sana memang sudah dimulai , tetapi kita memang belum memutuskan itu,” kata Jokowi usai meresmikan PLTMG Arun, di Desa Meuria Paloh, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, Kamis (2/6/2016).
Sebelumnya, saat usai meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir, Kecamatan Merwang, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung, Rabu (1/6), Presiden Jokowi juga mengatakan, bahwa PLTN masih dalam proses itung-itungan plus minusnya, karena kita masih mempunyai sumber pembangkit listrik yang lain.
“Microhydro belum dikerjakan, geothermal masih banyak sekali, kira-kira 29000 Mega Watt (MW), kemudian angin, kemudian ombak. Tapi tidak apa-apa, saya sudah perintahkan dikalkulasi seperti apa,” tuturnya.
Saat disinggung mengenai realisasi pembangunan pembangkit listrik 35000 MW, Jokowi mengatakan, yang jelas sampai akhir tahun yang lalu sudah ditandatangani TPA-nya 17.300. Kemudian yang groundbreaking sampai saat ini kurang lebih 8.000 MW.
Sisanya, menurut Jokowi, sebagian dikerjakan oleh PLN.
“Seperti ini. Ini yang mempercepat. Ya memang kombinasi antara investor dan PLN sendiri yang membangun. Itu yang banyak orang nggak tahu,” ujarnya.
Menurut Jokowi, percepatan-percepatan dalam pembangunan pembangkit listrik memang diperlukan. Ada yang memakai batubara itu bisa memakan waktu 4 – 5 tahun, yang besar seperti di Batang dan di Tanjung Jati itu perlu waktu 4 -5 tahun.
Untuk mengatasi kekurangan di Provinsi, di daerah, Presiden menyebut bisa dengan cara pembangkit listrik tenaga mesin gas.
“Ini cepat konstruksinya, 3 bulan, mesinnya masuk ditaruh, bangunl 6 bulan selesai. Percepatan seperti ini yang diperlukan. Meskipun secara harga sedikit lebih mahal. Tapi karena kebutuhan mendesak, baik oleh industri, hotel, dan masyarakat yang ada di provinsi, di daerah itu harus diputuskan, dilakukan,” tuturnya.