Menarik menyimak perdebatan bagaimana pengelolaan gas alam di Blok Masela. Dan ini menjadi lebih menarik jika perdebatannya bukan hanya soal pola tempat/model pengolahan (on shore atau floating) gas yang dihasilkan dan dampak bagi masyarakat sekitar. Tapi bagaimana dampak tersebut diperhitungkan pula keberlanjutannya.
Blok Masela untuk Membangun Kawasan
Dampak Blok Masela bagi kesejahteraan rakyat di sekitar (kawasan) bukan hanya soal seberapa jauh terjadi pembangunan ekonomi secara langsung akibat adanya aktvitas produksi gas. Tapi bagaimana setelah migasnya habis, kawasan tersebut masih memiliki infrastruktur dan kemampuan dana untuk merawat infrastruktur tersebut, bahkan mengembangkannya.
Untuk itu ada 3 hal penting yang harus diperhatikan:
Pertama jangan menciptakan enclave area. Dimana kelihatannya melakukan pembangunan, tetapi sebenarnya yang dibangun hanya kantong-kantong (enclave) wilayah yang berkaitan langsung dengan proyek gas tersebut. Freeport di Papua, merupakan contoh bagaimana enclave area terbentuk. Wilayah yang hanya berkaitan dengan freeport yang maju, di luar itu, sebagian besar wilayah Papua masih tertinggal. Demikian pula halnya dengan Bontang yang sering dijadikan contoh, atau wilayah Kalimantan Timur lainnya. Propinsi kaya bahan tambang dan sumberdaya energi, tetapi pasokan daya untuk kebutuhan listrik bagi warganya saja masih belum mencukupi, sehingga mereka sering terjadi pemadaman
Yang kedua, membangun secara inklusif. Yaitu membangun sebesar-besarnya sarana yang terintegrasi. Terintegrasi antara kebutuhan pengelolaan gas dengan kebutuhan ekonomi masyarakat. Misalnya membangun pelabuhan atau pangkalan logistik lainnya, tujuan utamanya adalah mendukung arus logistik masyarakat, tapi sekaligus mendukung kebutuhan operasi perusahaan gas tersebut. Terutama wilayah kepulauan di Indonesia Timur yang begitu indah, justru pembangunan tersebut juga harus dapat menopang pariwisatanya. Hal lainnya yang tak kalah penting, untuk menperkuat inklusivitasnya, perlu melibatkan investor lokal. Ini akan lebih memperkuat makna dari pembangunan kawasan.
Ketiga, hasil dari gas Blok Masela jangan dihambur-hamburkan. Kita simpan sebagai dana cadangan masa depan. Digunakan secara bertahap sesuai kebutuhan wilayah yang ada dalam kawasan. Ini meniru apa yang dilakukan oleh tetangga kota Timor Leste. Sehingga, saat gas di Blok Masela habis, kegiatan ekonomi akan tetap menggeliat, karena tumbuh dari sektor ekonomi lainnya yang dikembangkan saat gas tersebut masih ada.
Jadi melihat uraian diatas, besarnya dampak kesejahteraan masyarakat yang diciptakan dari proses pengolahan gas di Blok Masela menjadi LNG, tidak tergantung dari tempatnya (onshore atau floating). Tidak menciptakan enclave area, membangun secara inklusif, dan pengelolaan dana hasil pengolahan migas secara bijaksana, adalah hal penting untuk mencapai pembangunan kawasan yang berkelanjutan
Pentingya Sensitivitas Biaya Investasi
Efisiensi biaya investasi dalam pembiayaan proyek sangat berpengaruh pada imbal hasil yang kita terima dari Blok Masela ini. Semakin tinggi biaya investasi yang dibutuhkan, maka imbal hasil yang akan diterima pemerintah akan semakin besar. Perhitungan atas biaya semua model pengolahannya harus dibuka secara transparan. Ini berkaitan dengan adanya perbedaan hitungan biaya investasi untuk setiap model
SKK Migas dan Kementrian ESDM menyatakan bahwa investasi yang dibutukan untuk model floating/offshore lebih murah dibanding onshore. Investasi yang dibutuhkan untuk floating sebesar USD 14,3 miliar. Sedangkan, jika dibangun onshore di Pulau Yamdena maka biayanya US$ 19,8 miliar. Tetapi jika dibangun onshore di Pulau Aru maka dibutuhkan US$ 22,3 miliar.
Berbeda dengan SKK Migas dan Kementrian ESDM, Kemenko Kemaritiman Rizal Ramli menyatakan bahwa justru biaya onshore lebih murah dibandingkan dengan model floating. Dimana dengan model onshore biaya dibutuhkan USD 16 milyar, sedangkan model floating sebesar USD 22 milyar. Dengan adanya perbedaan biaya investasi ini, maka metode perhitungan untuk setiap model pengolahannya harus dibuka secara transparan dan detail.
Jangan Tersandera Kepentingan
Sebuah proyek besar akan membawa rejeki besar bagi yang terlibat di dalamnya. Sehingga banyak pihak yang berusaha untuk terlibat dalam proyek besar ini. Itu hal yang wajar, selama mereka tidak mempengaruhi kepentingannya kepada pejabat negara yang ditugaskan untuk mencari opsi terbaik dalam model dan tempat pengolahannya, sebaliknya pejabat negaranya tidak tersandera oleh kepentingan bisnis. Sehingga prinsip efisiensi dalam investasi tidak dikorbankan.
Seperti pemilihan model dan tempat pengolahan gas on shore, memang karena pertimbangan rangkaian efek ekonomi yang ditimbulkannya, yang selama ini menjadi dasar argumentasi. Bukan karena proyek pipanisasi yang dititipkan kepentingannya. Demikian pula dalam memilih lokasi dock logistik. Jangan memilih Pulau Selaru karena ada ketersediaan lahan yang dimiliki oleh perusahaan besar yang ada di Jakarta. Intinya mari kita semua jujur, kesampingkan kepentingan, jadikan blok Masela sebagai moment untuk membangun kawasan yang berkelanjutan