Jambore Nasional Mahasiswa Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 4-6 Februari 2017 di Buperta Cibubur Jakarta, menghasilkan beberapa kesepakatan. Jambore yang diikuti 3000 mahasiswa dari sekitar 500 kampus, dari seluruh Indonesia, dengan tegas menolak politik SARA, yang bisa memecah belah masyarakat.
“Jambore mahasiswa menghasilkan suatu kesepakatan untuk menjaga NKRI, Pancasila sebagai Dasar Negara, dan menjaga Kebhinekaan. Kami lelah di adu domba dan kami menolak terjadinya konflik horizontal karena isu SARA yang menjadi pemecah belah bangsa” ujar Egi Hendrawan Wakil Ketua Panitia Jambore, kepada indeksberita.com pagi ini (7/2/2017).
Menurut Egi, selain menolak politik SARA, peserta Jambore juga sepakat untuk melakukan aksi damai di kediaman Presiden RI ke VI, Susilo Bambang Yudhoyono, (SBY), karena banyaknya kasus korupsi di masa pemerintahannya.
“Dalam Sidang Pleno Jambore Kami Menyepakati untuk melakukan Aksi Damai di Rumah SBY dan DPR RI karena masih banyak kasus Korupsi di jaman Rezim SBY yg belum terselesaiakan. Kasus BLBI, Bank Century, Hambalang, dan IT KPU pilpres 2009. Dan kami meminta untuk diusut tuntas. Hal itulah mengapa Mahasiswa demo SBY,” lanjut Egi, yang terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Pakuan Bogor.
Masih menurut Egi, mahasiswa peserta Jambore, menyesalkan sikap SBY dalam menyikapi kedatangan rombongan perwakilan mahasiswa. SBY bukan saja tidak mau menemui mereka, tapi justru bersikap intimidatif.
“Mengecam keras keamanan di rumah SBY yang telah membubarkan massa aksi dengan tindakan kekerasan. Bahkan ada beberapa orang yang berbadan besar memakai berkaos, mengatakan bahwa darah kami halal. Itu sangat mengintimidasi dan akan kami lawan” tegas Egi.
Untuk diketahui, kemarin (6/2/2017), perwakilan mahasiswa yang sedang mengikuti Jambore Mahasiswa di Cibubur, mendatangi kediaman SBY. Kedatangan mahasiswa tersebut memancing reaksi SBY dan jajaran Partai Demokrat. Lewat akun twitter pribadinya, SBY memprotes dan mengeluhkan tindakan mahasiswa tersebut. Dan Partai Demokrat, melalui wakil sekjennya Rachlan Nashidik, terkesan curiga bahwa ada istana dibelakang mahasiswa tadi. Kecurigaan tadi langsung dibantah istana, melalui Kantor Staf Presidenan (KSP).