Kamis, 7 Desember 23

Longsor Banjarnegara, Ratusan Orang Mengungsi

Banjarnegara – Sebanyak 158 jiwa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, terpaksa harus mengungsi ke tempat aman, menyusul longsor di sejumlah tempat di wilayah itu, Kamis (24/3/2016).

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Puwo Nugroho, longsor terjadi di Desa Clapar, Kecamatan Madukara, Kab Banjarnegara pada Kamis (24/3) pukul 19.00 Wib. Kemudian longsor kedua pada tempat yang sama terjadi pada Jumat (25/3/2016) pukul 01.30 Wib. Selanjutnya disusul longsoran ketiga pada pukul 06.00 Wib.

“Banjarnegara memang termasuk rawan longsor. Kondisi geologi dan topografi secara alamiah membuatnya mudah terjadi longsor,” ujar Sutopo dalam rilis yang diterima indeksberita.com, Jumat (25/3/2016).

Longsor terjadi pada area yang cukup luas, dimana sekitar 5 hektar tanah bergerak sejauh 1,2 km. Tipe longsoran yang terjadi adalah longsoran merayap (soil creep) yang bergerak secara perlahan-lahan sehingga masyarakat dapat mengantisipasinya dengan melakukan evakuasi.

Menurut Sutopo, longsor pada pagi tadi menyebabkan 9 rumah rusak berat, 3 rumah rusak sedang, 2 rumah rusak ringan, dan 29 rumah terancam longsor susulan. Sebanyak 158 jiwa warga RT 3-5 RW 1 mengungsi ke SD 2 Clapar, Madukara.

Sebanyak 300 personil gabungan dari BPBD Kabupaten Banjarnegara bersama Kodim 0704 Banjarnegara, Polres Banjarnegara, Banser, PMI, Tagana, Bela Negara, dan relawan yerlibat membantu evakuasi warga ke tempat yang aman.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, telah memerintahkan BPBD Provinsi Jateng dan BPBD terdekat seperti BPBD Kab Wonosobo, Banyumas, Purbalingga dan Cilacap membantu evakuasi dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi pengungsi. Logistik dan peralatan dikerahkan ke lokasi. Posko Aju, posko pengungsian, dan dapur umum telah didirikan.

Kondisi terkini, tanah terus bergerak. Listrik dimatikan dan akses jalan utama Kabupaten Banjarnegara-Pagentan melalui Madukara terputus total.

“Daerah di sekitar longsor dikosongkan untuk mengantisipasi longsor susulan mengingat area longsor cukup luas. Dengan kondisi seperti itu sudah tidak layak untuk menjadi permukiman karena tanah sangat labil dan membahayakan,” pungkas Sutopo.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait