Sabtu, 23 September 23

Larang Muslim Ikut Cap Go Meh, MUI Kota Bogor Dinilai Berlebihan

BOGOR – Imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor agar umat muslim tidak menghadiri perayaan Cap Go Meh yang akan digelar 11 Februari mendatang ditanggapi berbeda oleh Ketua DPRD Kota Bogor, Untung Maryono dan Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto. Keduanya mengatakan, kegiatan bertajuk Bogor Street Festival 2017 di Kota Bogor bukan merupakan perayaan agama, melainkan budaya.

“Menurut saya, perayaan Cap Go Meh (CGM) itu merupakan kegiatan budaya dan sudah dilakukan bertahun-tahun. Setahu saya, kegiatan itu dalam bentuk kirab budaya atau pawai, bahkan ada mengedepankan seni budaya Sunda. Lalu, apa yang jadi kekhawatiran?,” tukas Untung Maryono di ruangannya, DPRD Kota Bogor, Jumat (10/2/2017).

Dia melanjutkan, perayaan CGM merupakan aset kekayaan bangsa dan menyampaikan pesan persatuan dalam kebhinekaan.

“Jadi, CGM itu bukan merupakan perayaan agama, tapi budaya. Apalagi kegiatan itu sudah berlangsung lama di negeri ini. Akan lebih baik bila kita kedepankan semangat penghormatan dalam keragaman. Dan, setahu saya pada perayaan CGM tahun sebelumnya, terkait jadwal salat, panitia juga menghomati umat muslim dengan beristirahat sejenak saat waktu salat dan menyediakan lokasi ibadah salat,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.

Pernyataan yang sama disampaikan Walikota Bogor Bima Arya. Kata Bima, MUI Kota Bogor tidak perlu ada kekhawatiran soal waktu salat. “Kalau masalah ibadah, panitia juga sudah berkomitmen menyediakan lokasi ibadah untuk umat muslim yang strategis,” ucap Bima.

Ia memaklumi sudah menjadi kewajiban ulama mengingatkan umatnya untuk tidak mengikuti perayaan agama orang lain. Namun, sambungnya, pagelaran CGM selama ini juga menjadi ajang budaya pemersatu bangsa.

”Dari tahun-ke tahun MUI kita undang untuk memberikan doa lintas agama. Saya memaknai ini sebagai proses acara kebudayaan yang sudah lama berjalan. Presiden hadir, gubernur hadir, pemerintah juga hadir, karena ini adalah bagian dari kultur kebudayaan yang sudah cukup lama berjalan di Bogor, dan sebagai ajang pemersatu,” ungkapnya.

Diwawancarai pada hari yang sama, secara terpisah, Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Bogor, Rahmat Imron Hidayat menyebut imbauan larangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor menonton festival CGM pada (11/2/2017) mendatang berlebihan.

“CGM itu hanya budaya. Bukan acara ritual keagamaan. Di hadist nabi sudah disebutkan bahwa kebhinekaan itu menjadi sunnah rassul dan perintah Allah SWT serta dalam Al-Quran jelas disebutkan bahwa mencintai tanah air adalah sebagian dari iman. Artinya tanah air kita Indonesia dengan bermacam suku, golongan dan agama sehingga kita harus menghargainya. Karena beragama bukan karena keinginan kita tetapi sudah takdir Allah SWT makanya kita harus merawat kebhinekaan seperti yang dianjurkan nabi Muhammad,” tutur pria yang akrab dipanggil Rommy.

Sebagai informasi, MUI Kota Bogor sebelumnya melarang warga muslim ikut serta atau menonton CGM di Vihara Dhanagun besok. “Adanya edaran dari Pemerintah Kota Bogor, bahwa dari pukul 02.00 siang hingga 12.00 wib tengah malam Jalan Surya Kencana akan dilaksanakan perayaan Cap Go Meh membuat warga merasa resah. MUI Kota Bogor sudah memberikan imbauan kepada umat Islam tidak merayakan Cap Go Meh,” pungkas Wiliyudin Abdul Rasyid, Ketua Komisi IV MUI Kota Bogor. (eko)

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait