Jumlah korban gempa dan tsunami di Palu terkini, yang tercatat di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) terus bertambah. Hingga Minggu (30/9/2018) pagi, jumlah korban yang meninggal berjumlah 405 jiwa.
Sedangkan yang cedera mencapai 540 jiwa. Sedangkan yang harus mengungsi tercatat lebih dari 17 ribu jiwa. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
“Tercatat Korban meninggal 405 orang, dari tim DVI (Disaster Victim Identification). Masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Korban luka-luka ada 540 orang dan yang mengungsi lebih dari 17 ribu jiwa,” ujar Sutopo Purwo pada hari Minggu (30/9/2018).
Menurut Sutopo, jumlah korban tersebut hanya yang berada di Palu. Pihaknya belum mendapatkan laporan dari Donggala maupun Sigi. Sedangkan di Palu sendiri, Sutopo memperkirakan masih ada korban jiwa yang tertimbun bangunan, di antaranya seperti Hotel Sya Regency dan kantor TVRI.
Sutopo mengakui, Tim SAR kesulitan menembus titik-titik bencana untuk menjangkau korban karena rusaknya akses jalan akibat gempa dan sapuan gelombang tsunami Palu. Ketiadaan listrik dan layanan telekomunikasi juga mempersulit upaya penyelamatan dan pemetaan dampak bencana.
Karenanya, lanjut Sutopo, BNPB akan berkoordinasi dengan Lapan untuk segera menyediakan citra satelit resolusi tinggi sebagai bahan analisis untuk wilayah Kabupaten Donggala dan Kota Palu agar Tim SAR dapat lebih cepat dan tepat melakukan evakuasi dan menyalurkan bantuan.
“Harapannya pihak internasional bisa mengirimkan citra satelit resolusi tinggi juga untuk bahan analisis kita supaya tahu di mana saja yang terdampak. Mudah-mudahan ada satelit yang melintas di atas Kota Palu, kami butuh citra satelit sedetil mungkin, hitungan centimeter sehingga obyek-obyek di darat dapat difoto jelas,” paparnya.
Terkait kondisi Palu dan sekitarnya, Sutopo menelaalan bahwa hingga Minggu (30/9/2018) pukul 00:00 Wita, tercatat telah terjadi 170 kali gempa susulan semenjak terjadinya Gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter yang menggungcang Donggala pada Jumat (28/9/2018).
“Sudah 170 gempa susulan terjadi pascagempa Donggala M 7,4 per 30/9/2018 pukul 00:00 WIB. Kondisi Kota Palu dan Donggala gelap gulita. Listrik masih padam dan BBM makin langka,” ujar dalam akun twitternya, Minggu (30/8/2018).
Hilangnya signal jaringan seluler juga menjadi salah satu faktor ketidaklancaran proses evakuasi. Lumpuhnya komunikasi, khususnya jaringan telepon seluler, disebabkan oleh banyaknya menara pemancar (Base Transceiver Station/BTS) yang tidak berfungsi.
Berdasarkan data Kemenkominfo, terdapat 1.678 dari total 4.193 BTS yang tidak berfungsi karena terkendala pasokan listrik. Sementara itu, daya baterai cadangan sudah habis dan tidak bisa mendukung kebutuhan opersional BTS.
Ribuan BTS yang tak berfungsi itu tersebar di sembilan wilayah, antara lain di Kabupaten Banggai, Kabupaten Poso, Donggala, Tolitoli, dan Kabupaten Parigi Moutong. Yang terbanyak di Kota Palu sebanyak 1.167 BTS.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.