BERDIRINYA Kebun Raya Bogor tidak terlepas dari jasa penasehat Belanda berkebangsaan jerman, Prof. Caspar George Carl Reinwardt. Catatan sejarah menyebutkan, pada tahun 1816, Reinwardt yang memulai riset dalam bidang ilmu tumbuh-tumbuhan. Saat itu, semua tanaman dikumpulkan di sebuah kebun botani di sekitar halaman Istana Bogor yang sebelumnya didiami oleh Letnan-Gubernur Thomas Stamford Raffles bersama isterinya Olivia Mariamne Raffles selama masa peralihan dari Pemerintah Inggris ke Kerajaan Belanda.
Melalui bantuan seorang ahli botani William Kent, lahan yang awalnya merupakan halaman Istana Bogor dikembangkan menjadi sebuah kebun yang indah dan luas. Raffles pun ikut campur tangan menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya yang sekarang.
Dikutip dari literatur yang dimiliki Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tanggal 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal G.A.G.P. van der Capellen resmi mendirikan sebuah kebun dengan beragam tanaman di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg. S Lands Plantentuin te Buitenzorg, demikian nama awal KRB saat itu yang didirikan diatas lahan seluas 47 hektar di lingkungan Istana Bogor.
Profesor Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Ia juga memanfaatkan kesempatan tersebut mengumpulkan tanaman dan benih dari sejumlah daerah di Indonesia. Pada masa itu, Bogor pun menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Diperkirakan, terdapat sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut. Melalui tangan Reinwardt pula, herbarium dirintis. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.
Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kendala dana. Tapi, kemudian kembali berlanjut pada tahun 1831, melalui ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch, Johannes Elias Teijsmann. Selama masa jabatannya, Teijsmann berhasil membawa ribuan spesies tumbuhan ke Kebun Raya Bogor dari perjalanan-perjalanannya ke berbagai negara. Atas jasanya, pihak KRB mengabadikan namanya dengan membangun tugu peringatan di Taman Tijsmann. Pada tanggal 30 Mei 1868, KRB resmi terpisah kepengurusannya dengan halaman Istana Bogor.
Setelah kemerdekaan, tahun 1949 ‘s Lands Plantentiun te Buitenzorg berganti nama menjadi Jawatan Penyelidikan Alam. Selanjutnya, menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam (LLPA) untuk pertama kalinya dikelola dan dipimpin oleh bangsa Indonesia, Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwiryo membawahi enam lembaga yakni Bibliotheca Bogoriensis, Hortus Botanicus Bogoriensis, Herbarium Bogoriensis, Treub Laboratorium, Musium Zoologicum Bogoriensis dan Laboratorium Penyelidikan Laut. Baru pada tahun 1956, KRB dipipmpin bangsa Indonesia yaitu Sudjana Kassan. (eko)