Menyadari bahwa wilayah perbatasan merupakan daerah teras depan yang mana mau tak mau harus bersaing segala aspek dengan negeri tetangga. Berada di daerah perbatasan berarti harus pula siap untuk berinteraksi secara langsung dengan masyarakat di negara tetangga, dengan berbagai pengaruh yang menyertainya. Hal ini yang membuat para Guru di Kabupaten Nunukan bertekat membentengi masuknya budaya asing yang tak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia melalui penguatan budaya lokal. Dalam rangka penguatan budaya lokal lah, yang membuat guru di Kabupaten Nunukan belajar membatik.
Bertempat di Ballroom Laura Hotel, Jl. A Yani-Kota Nunukan, Minggu (26/3/2017), puluhan tenaga pendidik mengadakan workshop tari dan membatik. Wahyu Muji Lestari, instruktur dari kegiatan tersebut menuturkan bahwa kegiatan tersebut disamping untuk merangsang kecintaan pada seni dan budaya negeri sendiri, juga dimaksudkan untuk mengangkat budaya perbatasan sebagai bagian dari aset indonesia.
“Kita sadar bahwa sebagai warga negara yang tinggal di perbatasan, kita wajib membentengi diri dari masuknya budaya asing yang tak sesuai dengan kepribadian budaya kita. Oleh karena itu melalui workshop ini,kami harap akan muncul salah satu ikon budaya lokal yakni Batik Perbatasan,” tuturnya.
Wahyu juga menjelaskan bahwa dalam workshop membatik yang diadakan oleh Disdikbud Kabupaten Nunukan kali ini, mereka sengaja menyatukan motif batik dari empat etnis, menjadi satu motif. Motif dari Etnis Tidong, Etnis Tagalan, Etnis Tagol dan Etnis Lundayeh, digabung menjadi motif perbatasan.
“Kami sengaja menggabungkan motif dari empat etnis tersebut kedalam satu motif untuk menjadi ciri khas batik Nunukan atau perbatasan. Ini juga sebagai realisasi dari arahan Presiden Jokowi agar kita lebih mengedepankan muatan lokal dan budaya sendiri,” papar Wahyu.
Masih menurut Wahyu, pasca workshop nantinya, para Guru akan mengajarkan hasil dari kegiatan ini untuk diajarkan kepada para siswa. “Ini akan memupuk rasa peduli budaya lokal didalam jiwa anak didik, dengan begitu akan tercetak generasi bangsa yang berkepribadian,” ujar Wahyu kepada indeksberita.com
Di tempat terpisah, Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid mengungkapkan apresiasinya atas terselenggaranya workshop tersebut. Laura menuturkan, dengan adanya motif batik khas Nunukan, tentunya akan mendorong daerah perbatasan menuju daerah yang berdaya saing. Laura juga berharap agar batik perbatasan ini nantinya akan menambah khasanah budaya Indonesia.
“Batik adalah sebuah bagian dari tradisi budaya masyarakat Indonesia dan modal kultural yang harus dipelihara. Ini juga sebuah edukasi kepada kita semua untuk senantiasa menjaga warisan budaya leluhur. Saya juga berharap, disamping akan menjadi aset budaya Nunukan,juga akan menjadi aset budaya Indonesia,” ujarnya.
Dari pantauan kegiatan, para guru di Kabupaten Nunukan belajar membatik dengan penuh antusias. Tidak hanya para Guru perempuan saja yang mengikuti workshop membatik ini dengan antusias. Namun para tenaga pendidik pria juga tidak kalah antusias dalam mengikuti arahan instruktur workshop yang rencananya akan diselenggarakan hingga Senin (27/3/2017) tersebut.