Rabu, 22 Maret 23

Kapolres Nunukan Ajak Mayarakat Pahami Makna Idul Fitri Yang Sesungguhnya

Idul Fitri dirayakan oleh kaum muslimin di semua belahan dunia sebagai ahir dari kewajiban menjalankan Puasa selama sebulan penuh di dibulan Ramadhan. Banyak cara yang dilakukan umat islam dalam merayakan Idul Fitri, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana umat mengetahui dan meresapi makna Idul Fitri yang sesungguhnya.

Umat Islam di Kabupaten Nunukan, yang sebagaian wilayahnya berbatasan langsung dengan negara Sabah-Malaysia ini, perayaan Idul Fitri tak beda jauh dengan daerah lain. Mulai dari malam takbiran, sholat Ied hingga dilanjutkan saling mengungunjungi kerabat dan sahabat untuk menyatakan permintaan maaf, dengan mengucapkan kalimat ‘mohon maaf lahir batin’.

Terkait kalimat terahir tadi yakni ‘mohon maaf lahir batin’, Kapolres Nunukan AKBP Teguh Triwantoro menilai bahwa itulah makna Idul Fitri yang sesungguhnya. Apabila ucapan dan permintaan maaf tak didasari ketulusan, menurutnya, Lebaran tak lebih dari pesta makan yang apabila lebaran usai, tidak ada lagi hikmah dan pelajaran dari sebuah momentum agung yang bernama Idul Fitri.

“Lebaran itu bukan sekedar kumpul dan makan-makan. Tetapi bagaimana mulai mengimpelementasikan ibadah puasa selama Ramadhan,” ujar Teguh disela-sela open house Idul Fitri yang ia gelar di kediaman dinasnya Jl Ujang Dewa, Sedadap, Nunukan, Kamis (6/6/2019).

Lebih lanjut, Teguh menuturkan bahwa ungkapan ‘mohon maaf lahir batin’ merupakan sebuah kata-kata yang sangat besar nilainya. Ia menghawatirkan apabila hal tersebut tak dijalankan sesuasi ungkapan, maka sedikit demi sedikit maksud Idul Fitri sebagai awal kesucian akan sirna. Karena ungkap Teguh, memohon maaf lahir batin adalah menghilangkan segala dendam, dengki, swasangka dan segala kebencian di hati.

“Ketika kita sudah berani meminta maaf, kita juga harus mampu mengaktualisasikanya. Dengan kata lain, saat kita sudah saling memaafkan, maka sudah tidak ada lagi kebencian. Karena yang ada adalah rasa saling menyayangi, saling mengasihi dan tidak ada lagi kesombongan karena kita sama-sama merasa bersalah,” tandas Perwira dengan tanda pangkat 2 Melati yang terkenal akrab dengan masyarakat tersebut.

Selain itu, apabila Idul Fitri diisi dengan hal negatif, hal tersebut sama saja dengan menghinakan sebuah waktu yang sangat disucikan dalam ajaran islam. Untuk itu ia mengajak masyarakat agar memaknai secara benar tentang Idul Fitri sehingga nilai spiritualnya akan merasuk dalam tingkah laku sehari-hari yang sudah pasti demi kebaikan bersama.

Teguh mengingatkan, merayakan Kemenangan bukan berarti bebas melakukan hal yang dilarang selama Ramadhan. Sebab jika hal itu yang menajadi acuan, maka tak ubahnya bagai seorang tahahanan atau yang lebih miris lagi , menurutnya, manusia yang menganggap Idul Fitri sebagai hari kemenangan setelah nafsu dikekang selama Ramadhan dan saat lebaran dianggap boleh melaukan apa saja, maka dalam fase tersebut sikapnya tak lebih baik dari seekor hewan peliharaan yang tak tahu kenapa ia dikekang kemudian dilepaskan.

“Intinya, mari kita sama-sama memaknai Idul Fitri ini sebagai waktu untuk instropeksi sehingga kedepan harus lebih baik dari sebelumya. Baik habluminannas maupun habluminallah,” pesan Kalpolres.

Disisi lain, Teguh berterimakasih kepada masyarakat Nunukan yang tetap menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial maupun tetap bersinergi dengan dengan aparat menjaga kondisi wilayah perbatasan tetap kondusif. Ia pun tak akan menampik kritikan dan masukan yang dialamatkan kepada pihaknya demi kebaikan bersama.

“Sebagai manusia, pasti tidak ada yang sempurna dan sebaik-baik manusia adalah yang menjadikan kesalahan sebagai pelajaran. Saya atas nama pribadi dan keluarga serta atas nama Polres Nunukan, mengucapkan Selamat Idul Fitri 1440 Hijriah, setulus hati kami minta maaf atas segala kesalahan. Mari kita sama-sama jaga kondisi Nunukan agar tetap kondusif,” pungkas Teguh yang didampingi Wakapolres Nunukan, Kompol Imam Muhadi dan isteri.

- Advertisement -
Berita Terbaru
Berita Terkait